tag:blogger.com,1999:blog-7924999166184926542024-03-06T13:31:03.527+07:00BIOLOGI IS MY WAYSemua tentang biologi ada di sini...silahkan mampir, monggo!!Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-792499916618492654.post-83128910198738442042011-04-07T13:12:00.000+07:002011-04-07T13:12:50.417+07:00PROSPEK KEANEKARAGAMAN HAYATI MIKROBA (MICROBIAL BIOPROSPECTING) SUMATERA UTARABerikut pidato pengukuhan bpk DWI SURYANTO (mantan dosen favoritku dulu, semoga bapak dan keluarga sehat2 selalu..., permisi ya pak izin copas isi pidato bpk)<br />
<br />
PROSPEK KEANEKARAGAMAN HAYATI MIKROBA <br />
(MICROBIAL BIOPROSPECTING) SUMATERA UTARA <br />
<br />
<br />
Pidato Pengukuhan <br />
Jabatan Guru Besar Tetap <br />
dalam Bidang Mikrobiologi pada <br />
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, <br />
diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara <br />
<br />
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 10 Oktober 2009 <br />
<br />
Oleh: <br />
DWI SURYANTO <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA <br />
MEDAN <br />
2009 <br />
<br />
Yang terhormat, <br />
<br />
• Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera <br />
Utara <br />
• Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara <br />
• Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara <br />
• Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara <br />
• Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara <br />
• Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, <br />
Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara <br />
• Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas <br />
Sumatera Utara <br />
• Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya <br />
muliakan <br />
<br />
<br />
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, <br />
<br />
Segala puja dan puji atas kebesaran-Mu ya Allah, segala sembah dan doa <br />
hanya ditujukan kepada-Mu ya Allah. Salawat dan salam kepada nabi <br />
seluruh umat, Muhammad SAW. <br />
<br />
Allah izinkanlah saya atas ridha-Mu dengan segala kerendahan hati <br />
menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar pada sidang terbuka <br />
ini. <br />
<br />
<br />
PENDAHULUAN <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Pidato ilmiah ini saya mulai dengan sebuah kutipan: <br />
<br />
Microbes can and will do anything: microbes are smarter, wiser and more <br />
energetic than microbiologists, chemists, engineers and others <br />
(Perlmon D. 1980: Developments in Industrial Microbiology) <br />
<br />
Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat besar, <br />
Indonesia menyediakan banyak sumberdaya alam hayati yang tak ternilai <br />
harganya, dari bakteri hingga jamur, tumbuhan, dan hewan. Pencarian <br />
isolat dan jenis organisme yang potensial untuk digunakan dalam bidang <br />
industri, pertanian, dan kesehatan merupakan pekerjaan yang harus terus <br />
dilakukan. Potensi yang tersimpan ini dapat diangkat untuk tujuan <br />
pengembangan industri dalam negeri. Sesuai dengan bidang yang saya <br />
tekuni, saya memilih bekerja dengan strain-strain bakteri yang diisolasi <br />
terutama dari daerah Sumatera Utara untuk melihat pemanfaatannya <br />
sebagai sel atau produk sel seperti protein dan enzim. Telaah-telaah yang <br />
dilakukan pada gilirannya diharapkan memberikan informasi tentang <br />
potensi (bioprospecting) sumberdaya hayati yang ada di Indonesia, <br />
khususnya Sumatera sebagai model bagi upaya pengelolaan dan pelestarian <br />
sumberdaya hayati. <br />
<br />
<br />
Hadirin yang saya hormati, <br />
<br />
Disebabkan oleh karena tidak glamour dan kesulitan mengakses, orang <br />
awam tidak mengetahui nilai penting keanekaragaman mikroba. Banyak <br />
dari kita menyangka bahwa semua bakteri menyebabkan penyakit. <br />
Sesungguhnya hanya sebagian kecil saja yang memiliki potensi patogen, <br />
selebihnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan kesejahteraan manusia. <br />
Pengetahuan tentang keanekaragaman biologi mikroba berhubungan <br />
dengan kekayaan jenis, distribusi lokal dan global, dan fungsi dalam <br />
ekosistem terlihat belum lengkap (Bull et al 2000). Berapa sesungguhnya <br />
jumlah jenis mikroba sampai saat ini belum diketahui. Dalam forum-forum <br />
resmi keanekaragaman mikroba sering terabaikan (Bull & Hardman 1991), <br />
padahal mikroba mengkatalisis transformasi unik dan murah dalam siklus <br />
biogeokimia dalam biosfer, memproduksi komponen-komponen penting <br />
dalam atmosfer bumi, dan mewakili bagian yang besar dari <br />
keanekaragaman genetik organisme (Whitman et al 1998). Disamping itu <br />
secara khusus mikroba telah digunakan untuk tujuan lain misalnya sebagai <br />
agen pengendali hama dan penyakit, agen bioremediasi dan biodegaradasi <br />
bahan pencemar, agen penghasil protein dan enzim-enzim penting yang <br />
telah dimanfaatkan dunia, agen-agen dalam bioteknologi modern, dan <br />
digunakan untuk menguak rahasia kehidupan bumi dan jagad raya. Karena <br />
nilai penting yang berhubungan langsung sebagai sumber utama dalam <br />
pengembangan bioteknologi, pelestarian microbial gene pools merupakan <br />
hal yang sangat mendesak untuk dikerjakan (Bull & Hardman 1991). <br />
<br />
<br />
Hadirin yang saya hormati, <br />
<br />
Pemanfaatan mikroba untuk mengendalikan penyakit tanaman merupakan <br />
bidang yang relatif belum lama berkembang. Pengendalian hayati jamur <br />
penyakit tanaman acap dilakukan dengan menggunakan mikroba seperti <br />
jamur dan bakteri. Sekitar 40 produk pengendalian hayati penyakit <br />
tanaman kini beredar di dunia (Fravel et al 1998), tidak dikenal merek <br />
komersial sejenis yang asli dari Indonesia. Sumber biologi untuk <br />
pengendalian hama dan penyakit tanaman tetap merupakan alternatif <br />
potensial yang penting sebagai pengganti pestisida, dan sering dianjurkan <br />
untuk mengganti pengendalian berbasis kimia terhadap penyakit atau untuk <br />
mengendalikan penyakit yang jika dikendalikan dengan bahan kimia tidak <br />
ekonomis. Salah satu pertimbangan dalam memilih agen pengendali hayati <br />
berupa kemampuan biopestisida bertahan dalam waktu lama dan tidak <br />
memerlukan tempat penyimpanan khusus (Powell & Faull 1989). Strategi <br />
untuk seleksi strain mikroba berdasarkan kepada kriteria kemampuan <br />
kolonisasi, kemampuan kompetisi, dan kemampuan menyesuaikan diri di <br />
lingkungan (McQuilken et al 1998). <br />
<br />
Kepentingan lain dari mikroba misalnya dalam bioremediasi senyawa toksik. <br />
Secara umum, proses biodegradasi dan bioremediasi bahan pencemar di <br />
alam dilakukan oleh mikroba seperti bakteri, jamur dan ganggang <br />
(Suryanto & Suwanto 2000; Semple & Cain 1996; Spadaro et al 1992) <br />
meski beberapa proses juga dilakukan oleh tumbuhan. Penelitian yang telah <br />
dilakukan yang berhubungan dengan biodegradasi dan bioremediasi telah <br />
membuktikan bahwa isolat bakteri dan jamur indigenous mampu <br />
mendegradasi senyawa hidrokarbon aromatik monosiklik (Suryanto & <br />
Suwanto 2000) dan senyawa campuran yang terdapat dalam minyak solar <br />
(Fachrian 2006). <br />
<br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Kebanyakan negara berkembang saat ini sedang menghadapi masalah <br />
malnutrisi. Kekurangan protein dalam makanan dan pakan terlihat jelas <br />
sebagai akibat tingginya pertumbuhan populasi. Keadaan ini secara umum <br />
meningkatkan kebutuhan protein dan makanan dengan mutu yang lebih <br />
baik. Sebagai konsekuensi dari kebutuhan makanan dengan mutu yang <br />
baik, kita tidak bisa lagi menggantungkan diri pada makanan dari hasil <br />
pertanian, peternakan, dan perikanan, perlu meningkatkan pasokan protein <br />
melalui sumber-sumber baru. Peningkatan kebutuhan terhadap protein <br />
pangan dan pakan ini mempercepat pencarian alternatif berupa protein <br />
non-konvensional untuk menambah sumber protein yang sudah ada. Oleh <br />
sebab itu menjadi sangat penting untuk meningkatkan produksi protein <br />
dengan memanfaatkan cara-cara yang mungkin dilakukan. Sumber-sumber <br />
makanan baru harus memiliki nilai nutrisi tinggi, secara ekonomi feasible, <br />
dan dapat disediakan secara lokal. <br />
Salah satu usaha yang dilakukan terfokus pada pemanfaatan limbah <br />
pertanian seperti limbah pengolahan tepung untuk dikonversi menjadi <br />
protein mikroba atau protein sel tunggal (PST). Beberapa penelitian dalam <br />
pengolahan limbah ditujukan kepada perancangan bangunan, sebagian <br />
perhatian diberikan kepada aspek mikrobiologis dari pengolahan limbah <br />
yang sebetulnya merupakan fenomena purifikasi limbah. Dari sisi <br />
pengolahan limbah, terutama limbah organik oleh mikroba, proses ini lebih <br />
sering ditujukan kepada penguraian atau mineralisasi bahan organik <br />
menjadi CO2 dan air melalui proses aerobik. Konversi bahan organik ini ke <br />
dalam sel organisme pengurai sering diabaikan, boleh jadi karena <br />
organisme pengkonversi tidak dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu <br />
seperti untuk pakan atau makanan sebagai PST. <br />
<br />
Pekerjaan lain yang mulai banyak dikerjakan di Indonesia berupa eksplorasi <br />
termofil. Bakteri termofil asal sumber air panas Sumatera Utara <br />
diperkirakan memiliki potensi dalam bidang industri. Kepentingan komersial <br />
saat ini terutama terfokus pada enzim bakteri dan metabolit sekunder <br />
lainnya. Biokatalis industri ini secara khusus telah dikembangkan sebagai <br />
sektor utama dengan kisaran penggunaannya mulai dari perlakuan biologis <br />
(biotreatment) limbah dan bahan kimia beracun, bahan tambahan dalam <br />
deterjen, pemroses bahan dalam industri pulp, kertas dan kulit, serta <br />
transformasi bahan (the provision of a plethora of stereo- and regioselective <br />
transformation) (Bull et al 2000). <br />
<br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Disamping melakukan penelitian terhadap potensi bakteri, penelitian lain <br />
yang masih berhubungan dengan potensi keanekaragaman hayati Sumatera <br />
Utara juga telah dikerjakan, seperti penelitian melihat potensi obat dari <br />
cendawan Ganoderma Sumatera Utara melalui uji keanekaragaman genetik <br />
telah dilakukan. Ganoderma, dikenal sebagai Ling Zhi di Cina dan Reishi di <br />
Jepang, telah digunakan sejak abad keempat masehi sebagai salah satu <br />
komponen obat dalam obat-obatan tradisional Cina. Pemanfaatannya <br />
sebagai obat alternatif berbagai penyakit terus dikembangkan (Dunham <br />
2000). Meskipun Ganoderma spp. telah digunakan ratusan tahun di Cina <br />
dan Jepang sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit, <br />
penelitian secara sistematik baru berlangsung sekitar 25 tahun (Boh et al <br />
2000). Pada tahun 1997 produksi Ganoderma dunia mencapai 4.500 ton, <br />
3.000 ton di antaranya dihasilkan oleh Cina. Total perdagangan Ganoderma <br />
dunia mencapai US$1,2 juta (Dunham 2000). <br />
Dalam penelitian lain telah dicoba menguji beberapa tumbuhan yang <br />
memiliki nilai etnobotani dari hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) <br />
sebagai obat antimikroba. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan <br />
Hutan Tangkahan TNGL Kabupaten Langkat, Sumatera Utara telah <br />
mengenal dan sekaligus memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan yang <br />
berpotensi sebagai obat. Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia masih <br />
berdasarkan kebiasaan yang turun temurun, belum didasari penelitian <br />
farmakologi dan percobaan klinik (Sardjono 1989). Beberapa tumbuhan <br />
yang diuji memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai bahan <br />
antibakteri dan antijamur. Pengujian potensi obat untuk penyakit lain <br />
mestinya juga harus dilakukan. <br />
<br />
<br />
BEBERAPA POTENSI MIKROBA INDIGENOUS <br />
<br />
Biopestisida Berbasis Bacillus thuringiensis <br />
<br />
Hadirin yang saya hormati, <br />
<br />
Bacillus thuringiensis, satu bakteri aerob, pembentuk spora, gram positif, <br />
merupakan bakteri di tanah, air, permukaan tumbuhan, serangga mati, dan <br />
biji-bijian (Kawalek et al 1995; Bravo et al 1998). Beragam isolat dan sub-<br />
jenis B. thuringiensis diketahui sebagai sumber penting biopestisida <br />
komersial (Lopez-Meza & Ibarra 1996). Bakteri ini memenuhi syarat sebagai <br />
agen pengendali mikrobiologi terhadap hama dan vektor penyakit pertanian <br />
(Ben-Dov et al 1999). Untuk mengendalikan serangga hama, isolat-isolat <br />
dari Bacillus thuringiensis atau bakteri lain telah pula digunakan orang <br />
sebagai agen pengendalian. B. thuringiensis dikenal dapat memproduksi <br />
senyawa toksik terhadap berbagai organisme hama target, artropoda dan <br />
nematoda. Strain-strain bakteri ini menunjukkan kisaran spesifisitas yang <br />
luas pada berbagai ordo serangga (Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, <br />
Hymenoptera, Homoptera, dan Mallophaga) dan Acari (Bravo et al 1998). <br />
Protein kristal toksin (Cry) yang diproduksi oleh bakteri ini sangat spesifik <br />
dan sangat berguna dalam mengendalikan organisme hama target (Baum <br />
et al 1996). Sejauh ini protein Cry tidak memperlihatkan toksisitas terhadap <br />
mammalia, burung, amfibia, atau reptilia. Kebanyakan gen toksin bakteri ini <br />
berada di dalam plasmid (Itoua-Apoyolo et al 1995). <br />
<br />
Beberapa pertimbangan lingkungan dan keselamatan telah menguntungkan <br />
pengembangan biopestisida seperti B. thuringiensis (Baum et al 1996). <br />
Menurut Agaisse & Lereclus (1995), semua sub-jenis B. thuringiensis <br />
dikenal dapat memproduksi sejumlah besar protein kristal insektisida yang <br />
bersegregasi dalam tubuh paraspora (δ-endotoksin) selama masa sporulasi. <br />
B. thuringiensis saat ini merupakan agen pengendali yang diproduksi secara <br />
biologi yang paling luas digunakan (Schnepf et al 1998). Tahun 1995 saja, <br />
penjualan biopestisida ini merupakan sekitar 2% total penjualan insektisida <br />
dunia (Lambert & Peferoen 1992). <br />
<br />
Secara umum pestisida Cry-based membutuhkan biaya yang rendah dalam <br />
pengembangan dan registrasinya, sebagai contoh B. thuringiensis subsp. <br />
israelensis membutuhkan biaya 1/40 dibandingkan dengan pestisida kimia <br />
sintetik (Becker & Margalit 199). Karena tingginya keanekaragaman dan <br />
adanya potensi pematahan resistensi menggunakan isolat baru dan <br />
manipulasi genetika menyebabkan penelitian tentang bioinsektida seperti <br />
kristal protein B. thuringensis harus tetap dilakukan. Penyediaan isolat-<br />
isolat baru yang mampu menghasilkan beragam kristal toksin merupakan <br />
salah satu alternatif mengurangi kemungkinan resistensi organisme target <br />
terhadap toksin B. thuringiensis (Masson et al 1998; Schnepf et al 1998; <br />
Thomas et al 2000). Untuk mendapatkan strain B. thuringiensis baru yang <br />
menghasilkan protein Cry, isolasi sejumlah besar strain B. thuringiensis <br />
baru saat ini menjadi aktivitas rutin pada banyak industri (Kuo & Chak <br />
1996). <br />
<br />
Isolasi B. thuringiensis asal Sumatera Utara yang telah dilakukan <br />
menemukan 9 isolat yang relatif mirip secara morfologi dan biokimia. <br />
Pengamatan morfologi dan hasil uji biokimia menunjukkan bahwa isolat TU1 <br />
dan isolat bioinsektisida komersial, memiliki sifat morfologi dan biokimia <br />
relatif sama. Kemungkinan kedua isolat ini secara genetik mirip. Variasi <br />
yang tidak terlalu besar dari sifat morfologi dan biokimia antar isolat bakteri <br />
ini menunjukkan keanekaragaman morfologi dan biokimia yang relatif tidak <br />
besar dari isolat B. thruringiensis asal daerah Sumatera Utara (Suryanto et <br />
al 2007a). <br />
<br />
Bioasai spektrum isolat terhadap larva beberapa jenis serangga <br />
menunjukkan adanya spektrum yang berbeda. Hasil pengamatan <br />
menunjukkan bahwa isolat TU1 dapat membunuh larva, dengan variasi <br />
kemampuan dalam mematikan. Meski secara umum harus diakui bahwa <br />
bioinsektisida komersial yang diuji menunjukkan performa yang lebih baik <br />
dalam mengendalikan larva serangga, namun kelihatannya kemampuan <br />
isolat TU1 memiliki kecenderungan yang mirip dengan bioinsektisida <br />
komersial tersebut (Suryanto et al 2007b). Kemiripan ini boleh jadi <br />
disebabkan oleh adanya gen penyandi kristal protein yang sejenis pada <br />
kedua isolat. Kemiripan ini dapat diketahui jika kedua isolat dianalisis <br />
genomnya. Ben-Dov et al (1997) melihat bahwa strain B. thuringiensis <br />
subsp. thuringiensis HD-2 setidak-tidaknya memiliki satu gen cry1 dan juga <br />
gen cry2Ab, yang masing-masing toksik terhadap Lepidoptera dan Diptera. <br />
Kemampuan spesifik strain B. thuringiensis semacam ini juga dilaporkan <br />
oleh Lambert et al (1996). <br />
<br />
Amplifikasi dengan menggunakan primer yang digunakan Bravo et al <br />
(1998) berhasil mengamplifikasi gen cry1 isolat TU1 dan isolat <br />
bioinsektisida komersial dengan pita yang dihasilkan sekitar 550 pb <br />
(Suryanto 2009). Primer ini dirancang khusus untuk mengamplifikasi gen <br />
cry1. Menurut Bravo et al (1998) primer ini berhasil mengamplifikasi hampir <br />
semua jenis gen cry1 dengan ukuran pita yang dihasilkan antara 543-594 <br />
pb. Teramplifikasinya gen cry dengan besar pita yang sama di kedua isolat <br />
dan kenyataan bahwa kedua isolat memiliki spesifisitas insektisida yang <br />
mirip terhadap larva mengindikasikan bahwa kedua isolat memiliki gen cry <br />
dari gen cry1, meski belum tentu dari jenis gen cry1 yang sama. Gen cry1 <br />
merupakan salah satu gen cry yang umum ditemukan pada B. thuringiensis <br />
subsp. kurstaki (Schnepf et al 1998; Kuo & Chak 1996). Profil umum gen <br />
cry1 yang ditemukan pada B. thuringiensis merupakan jenis cry1A (Bravo et <br />
al 1998; Cerón et al 1995). Informasi ini selanjutnya dapat digunakan <br />
untuk melihat apakah gen yang ada dalam isolat TU1 dari jenis gen cry1 <br />
yang berbeda, dengan urutan sekuen nukleotida yang tidak sama atau jenis <br />
gen cry1 yang sudah pernah diketahui sebelumnya. <br />
<br />
Untuk menetapkan kedekatan mikroba secara genetik saat ini beberapa <br />
metode molekuler seperti PFGE, amplifikasi PCR dan pengurutan gen rRNA <br />
sering digunakan. PFGE sudah digunakan misalnya untuk membedakan <br />
isolat klinis B. cereus (Liu et al 1997) dan B. thuringiensis (Rivera & Priest <br />
2003). Pola pita PFGE yang dihasilkan setelah pemotongan DNA kromosom <br />
dengan enzim restriksi yang tepat merupakan suatu teknik yang pasti untuk <br />
dapat mengenali bakteri yang sangat dekat kekerabatannya. Dalam <br />
penelitian kami menggunakan teknik PFGE untuk mengetahui kedekatan <br />
kekerabatan antara isolat TU1 dengan B. thuringiensis dari bioinsektisida <br />
komersial yang diuji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua isolat <br />
mempunyai pola profil yang sama dengan pemotongan enzim restriksi SmaI <br />
(Suryanto 2009). Rivera & Priest (2003) melihat pola yang sama dapat <br />
terjadi karena kesamaan gen cry yang dikandung bakteri B. thuringiensis<br />
Mikroba Kitinolitik dan Pengendalian Jamur Patogen Tanaman <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Dalam penelitian kami, telah dilakukan kajian kemungkinan penggunaan <br />
isolat bakteri indigenous untuk dikembangkan sebagai biopestisida dengan <br />
cara mengisolasi, menseleksi, dan menguji daya bunuh atau daya hambat <br />
pertumbuhan organisme pengganggu. Satu kelompok organisme yang <br />
memiliki potensi sebagai agen pengendali hayati jamur berasal dari <br />
kelompok mikroba penghasil kitinase. Pengendalian hayati jamur dengan <br />
menggunakan mikroba kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroba <br />
menghasilkan kitinase dan β-1,3-glucanase yang dapat melisis sel jamur <br />
(El-Katatny et al 2000). Disamping sebagai agen pengendali hayati, bakteri <br />
kitinolitik digunakan untuk menghasilkan derivat kitin yang banyak <br />
dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang biokimia, <br />
bioteknologi, farmakologi, medis dan industri, misalnya sebagai bahan <br />
kosmetik, kapsul obat dan makanan hewan (Muzzarelli 1985). <br />
<br />
Banyak organisme seperti bakteri, jamur, tumbuhan tingkat tinggi, dan <br />
hewan menghasilkan kitinase yang mengkonversi kitin menjadi monomer <br />
atau oligomernya (Fujii & Miyashita 1993; Ohno et al 1996; Wen et al 2002; <br />
Tsujibo et al 2003). Organisme ini biasanya memiliki beragam gen kitinase <br />
yang ekspresinya diinduksi oleh kitin ekstraseluler atau derivatnya. Bakteri <br />
memanfaatkan kitinase untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan <br />
nitrogen. Pada tumbuhan, kitinase digunakan sebagai pertahanan melawan <br />
serangan organisme patogen yang mengandung kitin (Fujii & Miyashita <br />
1993; Wu et al,2001). Jamur dan serangga menggunakan enzim ini untuk <br />
morfogenesis dinding sel dan pembangun eksoskeleton (Shaikh & <br />
Desphande 1993). Hal ini mungkin berhubungan dengan tersebarnya bahan <br />
kitin di alam seperti pada jamur, alga, nematoda, kelompok artropoda dan <br />
krustacea, molluska, coelenterata, protozoa, dan fungi (Folders et al 2001; <br />
Orikoshi et al 2003). Meski demikian gen-gen penyandi kitinase bagi <br />
organisme merupakan gen non esensial (Cottrell et al 2000). Melihat <br />
kenyataan ini eksplorasi kitinase dapat dilakukan dimana saja mulai dari <br />
tanah, rizosfer, air tawar, air laut, dan tumbuhan. <br />
<br />
Kemampuan kitinolitik bakteri Aeromonas caviae telah digunakan untuk <br />
mengendalikan beberapa jamur patogen tanaman (Inbar & Chet 1995). <br />
Lebih lanjut, Gohel et al (2003) melihat bakteri kitinolitik seperti A. <br />
hydrophila, A. caviae, Pseudomonas maltophila, Bacillus licheniformis, B. <br />
circulans, Vibrio furnissii, Xanthomonas spp., dan Serratia marcescen<br />
memainkan peranan penting dalam pengendalian hayati jamur patogen <br />
tanaman. Galur S. marcescens dimanfaatkan untuk mengendalikan jamur <br />
patogen seperti Sclerotium rolfsii (Ordentlich et al 1988). Gen chiA dari S. <br />
marcescens telah pula dimanfaatkan melalui kloning pada P. fluorescens <br />
(Downing & Thomson 2000). Bakteri lain yang juga digunakan sebagai <br />
pengendali hayati komersial seperti P. syringae, Burkholderia cepacia, B. <br />
subtilis, Agrobacterium radiobacter, Enterobacter cloacae, dan <br />
Streptomyces griseoviridis (Fravel et al 1998; McQuilken et al 1998). <br />
<br />
Isolasi yang telah dilakukan dari beberapa daerah di Sumatera Utara dan <br />
Bangka memperoleh sedikitnya 35 isolat bakteri kitinolitik. Berdasarkan <br />
pengamatan morfologi, pewarnaan gram, dan uji biokimia 35 isolat ini <br />
memiliki ciri dan sifat yang berbeda meski beberapa memiliki kesamaan. <br />
Dalam penelitian, kami menguji potensi isolat bakteri kitinolitik tersebut <br />
dalam menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman seperti <br />
G. boninense, F. oxysporum, dan P. Citrinum (Suryanto et al 2009a; <br />
Suryanto et al 2009e). Penelitian ini memperoleh beberapa isolat bakteri <br />
kitinolitik yang potensial untuk dikembangkan sebagai agen pengendali <br />
hayati jamur patogen tanaman. <br />
<br />
Uji pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri <br />
kitinolitik menunjukkan bahwa terdapat isolat bakteri kitinolitik yang <br />
mampu menghambat pertumbuhan jamur uji. Meski demikian, kemampuan <br />
menghambat pertumbuhan jamur uji bervariasi (Suryanto et al 2009a; <br />
Suryanto et al 2009b; Suryanto et al 2009e). Hal ini menunjukkan bahwa <br />
spesifisitas masing-masing bakteri berbeda. Perbedaan tersebut dapat <br />
berasal dari kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan enzim-enzim <br />
yang mampu mendegradasi dinding sel jamur (Suryanto et al 2009e). <br />
Pemanfaatan isolat bakteri kitinolitik dimulai dengan penelitian penggunaan <br />
isolat tersebut sebagai agen pengendali hayati jamur F. oxysporum yang <br />
menyerang benih cabe dengan metode pembalutan benih. Hasil penelitian <br />
menunjukkan adanya potensi penghambatan jamur patogen tersebut oleh <br />
isolat bakteri kitinolitik (Suryanto et al 2009a; Suryanto et al 2009e). <br />
<br />
Identifikasi parsial gen 16S rRNA (sekitar 500 bp) dengan primer yang <br />
digunakan Marchesi et al (1998) melalui teknik PCR dan sekuen urutan gen <br />
telah dilakukan terhadap isolat yang dianggap potensial untuk <br />
dikembangkan sebagai agen pengendali 3 jamur penyebab penyakit <br />
tersebut di atas. Salah satu isolat yang telah diidentifikasi menunjukkan <br />
kedekatan dengan S. marcescens (Suryanto et al 2009e). Serratia <br />
merupakan salah satu jenis bakteri yang dikenal menghasilkan kitinase. <br />
Beberapa penelitian telah menggunakan Serratia dalam pengendalian jamur<br />
dan serangga (Ordentlich et al 1988; Downing & Thomson 2000). Hasil di <br />
atas menunjukkan bahwa beberapa isolat bakteri indigenous dapat <br />
dikembangkan sebagai agen pengendali hayati jamur penyebab penyakit <br />
tanaman yang penting. <br />
<br />
<br />
Bioremediasi dan Biodegradasi <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Bioremediasi merupakan teknik yang potensial untuk membersihkan daerah <br />
terkontaminasi bahan pencemar (Blasco et al 1997; Laine & Jorgensen <br />
1996). Teknologi bioremediasi secara sederhana merupakan usaha untuk <br />
mengoptimalkan kemampuan alami mikroorganisme untuk mendegradasi/ <br />
mendaur ulang dengan memberikan reaktan anorganik esensial dan <br />
meminimumkan tekanan abiotik (Portier 1991). Teknologi ini sangat <br />
berguna dan dapat digunakan pada berbagai tahapan perlakuan. Terdapat <br />
tiga prinsip dalam teknologi bioremediasi, yaitu pelepasan langsung <br />
mikroba ke lingkungan terkontaminasi, peningkatan kemampuan mikroba <br />
asli, dan penggunaan mikroba dalam reaktor khusus (Portier 1991). <br />
<br />
Pekerjaan bioremediasi dimulai dengan mengisolasi bakteri potensial dalam <br />
mendegradasi berbagai senyawa toksik dan meremediasi logam. Penelitian <br />
yang telah dilakukan menunjukkan banyak mikroba indigenous yang dapat <br />
digunakan untuk tujuan ini. Degaradasi senyawa hidrokarbon aromatik <br />
monosiklik seperti benzoat dilakukan oleh bakteri seperti <br />
Rhodopseudomonas palustris dan S. marcescens (Suryanto & Suwanto <br />
2000). Beberapa bakteri juga diketahui mampu tumbuh pada fenol, <br />
salisilat, dan gentisat (Suryanto & Suwanto 2000). Isolat-isolat indigenous <br />
asal Sumatera Utara hasil seleksi menunjukkan kemampuan dalam <br />
mendegradasi minyak solar (Fachrian 2006) dan meremediasi logam <br />
(Kaban 2005). Untuk membantu proses bioremediasi seperti bioremediasi <br />
senyawa hidrofobik diperlukan penurun tegangan muka seperti surfaktan. <br />
Pekerjaan isolasi dan pengujian isolat penghasil biosurfaktan dari Sumatera <br />
Utara sedang dilakukan. <br />
<br />
<br />
Potensi Mikroba dari Kearifan Lokal <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Banyak makanan dan minuman tradisional Indonesia seperti tempe, kecap, <br />
terasi/belacan, rusip, calok, oncom, gatot, tape, tempoyak, tuak/arak, serta<br />
minuman obat yang pembuatannya melibatkan berbagai mikroba. Di Desa <br />
Pancur Batu, Deli Serdang, Sumatera Utara, misalnya, masyarakat <br />
menggunakan kepiting batu untuk pembuatan minyak kelapa (virgin <br />
coconut oil) secara fermentasi. Menurut masyarakat, minyak kelapa yang <br />
diproses dengan cara ini berwarna bening dan berbau harum. Penelitian <br />
yang telah kami lakukan bertujuan mengisolasi bakteri dari kepiting batu <br />
dan melihat potensinya dalam pembuatan minyak kelapa. Kajian seperti ini <br />
merupakan contoh dalam menginventarisasi potensi mikroba yang <br />
berasosiasi dengan teknik pembuatan makanan dan minuman lokal serta <br />
keperluan farmasi lain yang dilakukan secara tradisional oleh suku-suku <br />
yang ada di Sumatera Utara. <br />
<br />
Penelitian yang kami lakukan terhadap proses pembuatan minyak kelapa <br />
menunjukkan bahwa semua isolat yang diisolasi dari kepiting batu memiliki <br />
kemampuan untuk memfermentasi santan kelapa menjadi minyak kelapa, <br />
walau kemampuan yang dimiliki masing-masing isolat tersebut berbeda. <br />
Isolat SKN06 yang diidentifikasi sebagai Citrobacter sp. dari kepiting batu <br />
memiliki kemampuan menghasilkan minyak kelapa yang hampir sama <br />
dengan Saccharomyces cerevisiae, ragi yang sering digunakan dalam <br />
proses fermentasi ini. Minyak kelapa yang dihasilkan dari fermentasi santan <br />
kelapa oleh isolat yang berasal dari kepiting batu rata-rata memiliki kadar <br />
air yang relatif rendah bahkan lebih rendah daripada kadar air minyak <br />
kelapa dari S. cerevisiae dengan angka asam minyak kelapa relatif sama <br />
dengan angka asam minyak kelapa hasil fermentasi dengan S. cerevisiae. <br />
Pengamatan terhadap warna minyak hasil fermentasi menunjukkan bahwa <br />
minyak hasil fermentasi berwarna lebih bening dan jernih dibandingkan <br />
dengan warna minyak kelapa yang diperoleh dari pasar yang diketahui <br />
merupakan hasil proses pemanasan santan (Suryanto et al 2005). <br />
<br />
<br />
Protein Sel Tunggal <br />
<br />
Hadirin yang saya hormati, <br />
<br />
Sumber PST berasal dari beberapa jenis mikroba sel tunggal. Istilah PST <br />
mempunyai arti sel mati atau sel kering mikroba seperti ragi, bakteri, fungi, <br />
dan ganggang yang ditumbuhkan pada berbagai macam sumber karbon <br />
yang berbeda. PST sering dimanfaatkan sebagai pengganti protein dari <br />
sumber konvensional pada pakan ternak dan bahan pangan (Khan et al <br />
1992). Pengembangan ini dimungkinkan karena mikroba dapat digunakan <br />
untuk memfermentasi beberapa bahan limbah seperti jerami, kayu dan <br />
limbah kayu, limbah makanan dan proses pembuatan makanan, residu dari <br />
pembuatan alkohol, atau dari kotoran manusia dan hewan. Proses ini juga <br />
sekaligus merupakan salah satu cara pengolahan limbah. <br />
<br />
Organisme terutama ganggang seperti Chlorella dan Spirulina (Cifferi 1983; <br />
Duerr et al 1998) dan ragi Saccharomyces, Candida, Pichia dan Hansenula <br />
(Omar & Sabry 1991; Coreghino et al 2002), jamur seperti Penicillium dan <br />
Aspergillus (Khan et al 1992; Anupama & Ravindra 2001; Lacina et al 2003; <br />
Ravinder et al 2003), dan bakteri (Phetteplace et al 2000) telah digunakan <br />
untuk menghasilkan PST. Beberapa peneliti menggunakan BFA sebagai PST <br />
(Sasaki et al 1981; Kobayashi & Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000). Sumber <br />
C seperti metana, metanol, etanol, lignoselulosa, dan laktosa sering <br />
digunakan dalam produksi PST ini (Malick et al 1976; Omar & Sabry 1991; <br />
Khan et al 1992;,Anupama & Ravindra 2001). <br />
<br />
Dibandingkan dengan ganggang mikro dan ragi bahkan dengan sumber <br />
protein umum seperti daging dan susu, bakteri fotosintetik mempunyai <br />
beberapa keunggulan sebagai diet. Kandungan protein PST bakteri ini lebih <br />
tinggi dibandingkan dengan PST dari ragi dan ganggang (Kobayashi & <br />
Kobayashi 1995). Sebagai pembanding kandungan protein pada susu <br />
sekitar 4%, ayam, daging sapi dan daging lainnya sekitar 19%, telur sekitar <br />
13%, dan kacang-kacangan sekitar 22%, sedangkan PST dari ragi <br />
mengandung sekitar 55% dan bakteri sekitar 80% (Malick et al 1976; <br />
Kobayashi & Kobayashi 1995). Bakteri ini juga dapat menghasilkan bahan <br />
organik berharga lainnya (Kobayashi & Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000). <br />
Disamping itu PST dapat dengan cepat diproduksi dan seluruh bagian dapat <br />
dikonsumsi (Malick et al 1976). Kultur sel bakteri fototrofik digunakan <br />
sebagai pakan oleh organisme lain di perairan dan tanah (Kobayashi & <br />
Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000), dan juga dapat menjadi pupuk hayati <br />
(Kobayashi & Kobayashi 1995; Irawan et al 2000). Potensi produktivitas <br />
PST sangat tinggi dibandingkan dengan protein konvensional. Satu pabrik <br />
PST yang dapat membuat 100.000 ton/tahun dapat memproduksi protein <br />
setara dengan 120.000 ha kedele, atau sebanyak sapi yang dibesarkan <br />
pada lahan rumput seluas 2 juta ha (Malick et al 1976). <br />
<br />
Pekerjaan yang sedang dilakukan saat ini yang berhubungan dengan <br />
biodegradasi sekaligus memanfaatkan isolat bakteri pendegradasi berupa <br />
pemanfaatan BFA untuk konversi limbah tepung menjadi PST. Pekerjaan ini <br />
dilakukan untuk mencari alternatif protein pengganti yang selama ini <br />
digunakan untuk membuat pakan ternak dan ikan. Pekerjaan awal <br />
mengindikasikan adanya BFA yang mampu menggunakan limbah tapioka<br />
dan limbah gliserol sebagai hasil samping pembuatan minyak kelapa sawit <br />
sebagai sumber C dan energi. Disamping itu telah juga dilakukan <br />
pengukuran protein sel (Suryanto & Listiani 2009c). Optimasi pertumbuhan <br />
untuk meningkatkan jumlah sel sedang dilakukan. Pembuatan pelet dengan <br />
mensubstitusi protein konvensional dengan PST dan mencobanya sebagai <br />
pakan ikan merupakan kegiatan penelitian berikutnya. <br />
<br />
Kemampuan BFA menggunakan sumber C seperti pati telah dilaporkan. R. <br />
palustris strain B1 mampu menggunakan dengan baik beberapa pati seperti <br />
pati kentang, sagu, soluble starch, dan tapioka untuk pertumbuhan. <br />
Sementara strain ini kurang mampu tumbuh pada pati jagung, gandum, <br />
ketam, beras, starch, dan raw starch (Sathappan 1997). Meski demikian <br />
tidak menutup kemungkinan bahwa BFA lain dapat memetabolisme pati <br />
dengan lebih baik dengan sumber pati yang lebih beragam. Kemampuan <br />
BFA menggunakan sumber C ini mengindikasikan bahwa BFA mampu <br />
mengkonversi limbah pabrik tepung dengan baik. <br />
<br />
<br />
Termofil dan Potensi Hidrolase <br />
<br />
Hadirin yang saya hormati, <br />
<br />
Eksplorasi terhadap mikroba ekstrimofil yang hidup pada suhu sangat <br />
rendah (psikrofil) atau sangat tinggi (termofil dan hipertermofil), pH ekstrim <br />
(asidofil dan alkalifil), dan kadar garam tinggi (halofil) telah dilakukan <br />
orang. Di Indonesia kajian tentang mikroba seperti ini belum lama dimulai. <br />
Penelitian terutama diarahkan kepada melihat keanekaragaman bakteri dan <br />
mengisolasi enzim hidrolase termofil yang bekerja pada suhu tinggi dan pH <br />
ekstrim. Kebanyakan kajian seperti ini dilakukan oleh ahli dari Pulau Jawa. <br />
Untuk wilayah Sumatera Utara upaya mulai dilakukan sekitar 3 tahun lalu <br />
dengan mengisolasi bakteri dan menguji aktifitas enzim hidrolase kasar <br />
(protease) dari sumber air panas Lau Debuk-debuk (Herlambang et al <br />
2006). Hasil penelitian ini kemudian merupakan dasar untuk melakukan <br />
pekerjaan serupa terhadap mikroba dari berbagai sumber air panas yang <br />
ada di Sumatera Utara. <br />
<br />
Pemanfaatan enzim tahan panas di bidang industri memiliki keuntungan <br />
karena banyak proses industri yang dilakukan pada suhu tinggi. <br />
Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju difusi dan kelarutan berbagai <br />
senyawa. Karena memiliki struktur dan sifat yang tidak lazim, kelompok<br />
enzim termofil menjadi subjek berbagai penelitian dan percobaan dalam <br />
bidang biologi molekuler protein. Mikroba penghasil enzim termofil biasa <br />
hidup di lingkungan dengan suhu di atas 50ºC seperti di sumber air panas, <br />
kawah, dan sedimen geotermal lainnya (Brock 1986). <br />
<br />
Eksplorasi bakteri termofil dari beberapa sumber air panas yang ada di <br />
Sumatera Utara seperti dari Lau Debuk-debuk, Tangkahan, Gurukinayan, <br />
Sipaholon, Tinggi Raja, dan Penen memperlihatkan adanya bakteri yang <br />
tumbuh pada kisaran suhu antara 50-70ºC bahkan lebih, yang <br />
menghasilkan enzim-enzim hidrolase termofil seperti amilase, protease dan <br />
kitinase yang memiliki potensi dalam bidang industri dan pangan. Pengujian <br />
enzim kasar berdasarkan suhu dan pH telah dilakukan. Beberapa isolat <br />
indigenous ini menunjukkan adanya potensi enzim termofil yang baik. <br />
Penelitian purifikasi enzim, penentuan jenis mikroba berdasarkan gen 16S <br />
rRNA, dan pengujian pengaruh logam dan agen pengkelat terhadap aktifitas <br />
enzim sedang disiapkan. <br />
<br />
<br />
HARAPAN-HARAPAN <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa potensi sumberdaya <br />
hayati di Indonesia khususnya Sumatera Utara sangat besar dan perlu terus <br />
digali. Keanekaragaman jenis yang luar biasa sekaligus menunjukkan <br />
keanekaragaman genetik memungkinkan dikembangkannya alternatif-<br />
alternatif dalam menyelesaikan masalah di bidang industri, pertanian, <br />
kesehatan, dan lingkungan, seperti pembuatan benih tahan penyakit <br />
dengan teknik pelapisan benih, pembuatan bioinsektisida berbasis bakteri, <br />
penyiapan tanaman tahan penyakit melalui penyisipan gen cry dan kitinase <br />
dari isolat bakteri indigenous ke dalam tanaman, pemanfaatan gen-gen dan <br />
enzim-enzim hidrolase termofil dalam industri, dan isolasi dan elusidasi <br />
struktur senyawa hayati dalam jamur dan tumbuhan etnobotani yang <br />
memiliki potensi sebagai obat. Pengembangan isolat dan potensi <br />
keanekaragaman hayati ini masih memerlukan tahapan yang cukup panjang <br />
sebelum menuju komersialisasi dalam skala industri. Pencarian terhadap <br />
strain-strain baru tetap perlu dilakukan untuk tujuan komersial. Penelitian-<br />
penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan dampak terhadap <br />
perkembangan industri dalam negeri dengan memanfaatkan potensi <br />
keanekaragaman sumberdaya hayati indigenous yang ada di negeri sendiri. <br />
Potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki ini seharusnya menyadarkan <br />
kita bahwa kita rentan terhadap pembajakan kekayaan hayati (biopiracy) <br />
yang sering dilakukan oleh negara-negara maju. Pengembangan terhadap <br />
potensi hayati oleh negara maju kemudian menghasilkan produk dengan <br />
nilai tambah yang luar biasa besarnya, dan kita hanya jadi penonton setia. <br />
Sebagai konsekuensi logis dari upaya pelestarian ini perlu dilakukan <br />
penelitian secara berkesinambungan dan pemeliharaan (menjaga) kekayaan <br />
hayati secara in situ dan ex situ. Secara ex situ jelas menghendaki adanya <br />
koleksi berbagai keanekaragaman hayati ini di kampus USU, misalnya <br />
melalui koleksi mikroba di laboratorium dan membangun tempat untuk <br />
memelihara keanekaragaman hayati lain seperti Mini Botanical Garden <br />
untuk tumbuhan. Jika memang hal ini dapat dilakukan bukan tidak mungkin <br />
USU dapat menjadi salah satu tempat terhimpunnya plasma nutfah. Di sisi <br />
lain, USU memiliki kemampuan melakukan penelitian potensi lokal yang <br />
salah satunya berbasis keanekaragaman hayati. <br />
<br />
<br />
UCAPAN TERIMA KASIH <br />
<br />
Hadirin yang saya muliakan, <br />
<br />
Izinkan saya atas nama pribadi dan keluarga mengucapkan terima kasih <br />
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah <br />
membantu dan memotivasi saya dalam meniti karier. <br />
<br />
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pemerintah Republik <br />
Indonesia melalui Mendiknas yang telah memberikan kepercayaan kepada <br />
saya memegang amanah yang berat menjadi Guru Besar, dan yang telah <br />
memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan dan berkarya sebagai <br />
dosen di Universitas Sumatera Utara. <br />
<br />
Penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang tulus <br />
ditujukan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P <br />
Lubis, DTM&H, SpA(K), yang telah mempercayakan saya mengemban <br />
amanah dan tugas, memberikan perhatian penuh, dan membantu karier <br />
saya sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara. <br />
<br />
Terima kasih saya juga tertuju kepada para Pembantu Rektor, Senat <br />
Akademik, dan Dewan Guru Besar yang telah banyak membantu dan <br />
mendorong dalam proses pengusulan jabatan Guru Besar saya. <br />
<br />
Kepada Dekan Fakultas MIPA, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. ucapan terima <br />
kasih saya sampaikan atas segala perhatian, kebaikan, dan dukungan <br />
dalam tugas keseharian maupun pada saat pengusulan jabatan Guru Besar <br />
saya. <br />
<br />
Kepada Guru-guru saya di SD, SMP, dan SMA, terima kasih atas segala <br />
perhatian, pengertian, kesabaran, dan jasa yang telah diberikan yang tak <br />
mungkin bisa saya balas. Tanpa Bapak dan Ibu sekalian saya tidak mungkin <br />
berdiri di sini. <br />
<br />
Terima kasih kepada dosen-dosen saya di Fakultas Biologi UGM Yogyakarta, <br />
terutama Prof. Dr. Jusup Subagja, di Michigan State University, East <br />
Landing, Amerika Serikat, terutama Dr. James W Johnson, dan di PS Biologi <br />
Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang telah mengajarkan kebenaran dan <br />
objektivitas keilmuan. <br />
<br />
Kepada Prof. Dr. Antonius Suwanto, Prof. Dr. Maggy T Suhartono, Dr. Anja <br />
Merjandini, Prof. Dr. Bibiana W Lay, dan Prof. Dr. Muhammad Sri Saeni <br />
(alm.), promotor dan ko-promotor saya, terima kasih tak terhingga dan <br />
rasa takjub saya atas segala kebaikan, bimbingan, keterbukaan, <br />
persahabatan, dan keakraban yang luar biasa yang saya rasakan selama <br />
saya menjadi mahasiswa S3 di IPB Bogor. <br />
<br />
Kepada orang tua-orang tua saya, Ir. Guslim, MS, Drs. Jusran RC, dan A <br />
Rambe sekeluarga, terima kasih atas bantuan dan nasehatnya. <br />
<br />
Rekan-rekan dosen di Departemen Biologi, Prof. Dr. Erman Munir, Prof. Dr. <br />
Ing. Ternala A Barus, M.Sc., Prof. Dr. Retno Widhiastuti, serta dosen-dosen <br />
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan banyak <br />
terima kasih atas dorongan, motivasi, dan kebersamaan selama ini. <br />
<br />
Kepada Ibu dr. Linda Trimurni Maas, MPH dan teman-teman saya di UBK <br />
Sahiva, Drs. Zulkifli Lubis, M.A., Dr. Albiner Siagian, Lita Handayani, SKM, <br />
M.Kes, Evi Karota Bukit, S.Kep., MNS, Oding Affandi, S.Hut, M.Hut., <br />
Rulianda P Wibowo SP, M.Ec., dan teman-teman di SEC, Dr. Isfenti Sadalia, <br />
Arwina Mufika, SE, M.Si., Ir. Diana Chalil, Ph.D, dan Ir. Buchori, M.Kes. <br />
terima kasih atas dorongan semangat dan optimisme yang luar biasa <br />
menghadapi hari esok. <br />
<br />
Kepada Ir. E Harso Kardhinata, M.Sc., Dra. Sartini, M.Sc., Drs. Riyanto, <br />
M.Sc., Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc., Dra. Nunuk Priyani, M.Sc, Dra. Meida <br />
Nugrahalia, M.Sc., Drs. Tata Bintara Kelana, M.Si. (alm.), dan Drs. Afrin Z <br />
Ritonga, terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang tulus. <br />
Kepada mahasiswa, saya mengucapkan banyak terima kasih atas <br />
penerimaan diri saya sebagai seorang yang diamanahkan membagi ilmu, <br />
dan sebagai sahabat. <br />
<br />
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa saya <br />
sebutkan dalam kesempatan ini, saya juga mengucapkan banyak terima <br />
kasih. <br />
<br />
Terkhusus kepada yang saya cintai Bapak saya Moehammad Sahoeri (alm.) <br />
dan Ibu saya Sujatmi (almh.) yang telah melahirkan, membesarkan dan <br />
mendidik serta yang telah mengajarkan banyak kebaikan, kejujuran dan <br />
kebersahajaan, juga kepada Bapak mertua saya Agus Nasution (alm.) dan <br />
Ibu mertua saya Amnah Lubis (almh.) yang telah memberikan dukungan <br />
dan motivasi yang besar sehingga saya menjadi seperti saat ini; kepada <br />
mereka saya tidak lagi bisa menyampaikan ucapan terima kasih. Hanya doa <br />
semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan dan menerima <br />
segala amal kebaikan orang tua kami. <br />
<br />
Kepada Istri saya Siti Khadijah Nasution, S.Si., sulit rasanya menemukan <br />
kata-kata yang pantas dan sesuai untuk menyampaikan rasa terima kasih <br />
saya yang dalam. Semoga Allah selalu membimbing segala doa, cinta dan <br />
ketulusan yang diberikan. Bersamamu saya menemukan ketenangan dan <br />
kedamaian hidup. <br />
<br />
Kepada anak-anak saya Muhammad Aditya Haryawan, Nindya Laksita <br />
Laras, dan Aisyah Anindita Prameswari terimakasih untuk tetap bercahaya <br />
dalam hidup saya. Tetaplah jadi anak yang baik. Bapak mencintaimu. <br />
<br />
Mudah-mudahan Allah menerima amal baik Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan <br />
rekan serta sahabat saya semua. Amien. <br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA <br />
<br />
Agaisse H, Lereclus D. 1995. How does Bacillus thuringiensis produce so <br />
much insecticidal crystal protein? J Bacteriol 21: 6027-6032. <br />
<br />
Anupama, Ravindra P. 2001.,Studies on production of single cell protein by <br />
Aspergillus niger in solid state fermentation of rice bran. Braz Arch <br />
Biol Technol. 44: 79-88. <br />
<br />
Baum JA, Kakefuda M, Gawron-Burke C. 1996. Engineering Bacillus <br />
thuringiensis bioinsecticides with an indigenous site-specific <br />
recombination system. Appl Environ Microbiol 62: 4367-4373. <br />
<br />
Becker N, Margalit J. 1993. Use of Bacillus thuringiensis israelensisagainst <br />
mosquitoes and blackflies. In Bacillus thuringiensis, an environmental <br />
biopesticide: Theory and practice. Ed. Entwistle PF, Cory PF, Bailey <br />
MJ, Higgs S. J Wiley & Sons. New York. NY. 145–170. <br />
<br />
Ben-Dov E, Wang Q, Zaritzky A, Manasherob R, Barak Z, Schneider B, <br />
Khamraev A, Baizhanov M, Glupov V, Margalith. 1999. Multiplex PCR <br />
screening to detect cry9 genes in Bacillus thuringiensis strains. Appl <br />
Environ Microbiol 65: 3714-3716. <br />
<br />
Ben-Dov E, Zaritsky A, Dahan E, Barak Ze’ev, Sinai R, Manasherob R, <br />
Khamraev A, Troitskaya E, Dubitsky A, Berezina N, Margalith Y, 1997. <br />
Extended screening by PCR for seven cry-group genes from field-<br />
collected strains of Bacillus thuringiensis. Appl Environ Microbiol 63: <br />
4883–4890. <br />
<br />
Blasco R. Mallavarapu M, Wittich R, Timmis KN, Pieper DH. 1997. Evidence <br />
that formation of protoanemonin from metabolites of 4-<br />
chlorobyphenyl-cometabolizing microorganisms. Appl Environ <br />
Microbiol 63: 427-434. <br />
<br />
Boh B, Hodžar D, Dolničar D, Berovič M, Pohleven F. 2000. Isolation and <br />
quantification of triterpenoid acids from Ganoderma applanatum of <br />
Istrian origin. Food Technol Biotechnol 38: 11–18. <br />
<br />
Bravo A, Sarabia S, Lopez L, Ontiveros H, Abarca C, Ortiz A, Ortiz M, Lina L, <br />
Villalobos FJ, Pen AG, Nunez-Valdez M-E, Soberon M, Quintero R. <br />
1998. Characterization of cry genes in a Mexican Bacillus <br />
thuringiensis strain collection. Appl Environ Microbiol. 64: 4965-4972. <br />
Brock TD. 1986. Introduction: An overwiew of the thermophiles. In <br />
Thermophiles: General, molecular, and applied Microbiology. Ed. T.D <br />
Brock. John Wiley & Sons. New York. 1-16. <br />
<br />
Bull AT, Hardman DJ. 1991. Microbial Diversity. Curr Op Biotechnol 2: 421-<br />
428. <br />
<br />
Bull AT, Ward AC, Goodfellow M. 2000. Search and discovery strategies for <br />
biotechnology: the paradigm shift. Microbiol Mol Biol Rev 64: 573-<br />
606. <br />
<br />
Cereghino GPL, Cereghino JL, Ilgen C & Cregg JM. 2002. Production of <br />
recombinant proteins in fermenter cultures of the yeast Pichia <br />
pastoris. Curr Op Biotechnol 13: 329–332. <br />
<br />
Cerón J, Ortíz A, Quintero R, Güereca L, Bravo A. 1995. Specific PCR <br />
primers directed to identify cryI and cryIII genes within a Bacillus <br />
thuringiensis strain collection. Appl Environ,Microbiol 61: 3826-3831. <br />
<br />
Cifferi O. 1983. Spirulina, the edible microorganism. Micobiol Rev 47: 551-<br />
578. <br />
<br />
Cottrell MT, Wood DN, Yu L, Kirchman DL. 2000. Selected chitinase genes in <br />
cultured and uncultured marine bacteria in the a- and g-subclasses of <br />
the Proteobacteria. Appl Environ Microbiol 66: 1195-1201. <br />
<br />
Downing KJ, Thomson JA. 2000. Introduction of the Serratia marcescens <br />
chiA gene into an endophytic Pseudomonas fluorescens for biocontrol <br />
of phytopathogenic fungi. Can J Microbiol 46: 363-369. <br />
<br />
Duerr EO, Molnar A, Sato V. 1998. Cultured microalgae as aquaculture <br />
feeds. J Mar Biotechnol 7: 65-70. <br />
<br />
Dunham M. 2000. Potential of fungi used in traditional Chinese medicine: II <br />
Ganoderma. http://www.oldkingdom/UG-projects/Mark-Dunham/Mark- <br />
Dunhamhtml. 02/04/2004. <br />
<br />
El-Katatny MH. Somitsch W, Robra K-H, El-Katatny MS, Gübitz GM. 2000. <br />
Production of chitinase and β-1,3-glucanase by Trichoderma <br />
harzianum for control of the phytopathogenic fungus Sclerotium <br />
rolfsii. Food Technol Biotechnol,38: 173–180. <br />
<br />
Fachrian R. 2006. Isolasi bertahap dan uji potensi bakteri laut pendegradasi <br />
minyak solar. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. <br />
Medan. <br />
<br />
Folders J, Algra J, Roelofs MS, Van Loon LC, Tommassen J, Bitter W. 2001. <br />
Characterization of Pseudomonas aeruginosa chitinase, a gradually <br />
secreted protein. J Bacteriol 183: 7044-7052. <br />
<br />
Fravel DR, Connick Jr, WJ, Lewis JA. 1998. Formulation of microorganisms <br />
to control plant diseases. In Formulation of microbial biopesticide. Ed. <br />
Burges HD. Kluwer Academic Press. Dordrecht. 187-202. <br />
<br />
Fujii T, Miyashita K. 1993. Multiple domain structure in a chitinase gene <br />
(chiC) of Streptomyces lividans. J Gen Microbiol 139: 677-686. <br />
<br />
Gohel V, Singh A, Vimal M, Ashwini D, Chatpar HS. 2003. Bioprospecting <br />
and antifungal potential of chitinolytic microorganism. African J <br />
Biotechnol 5: 54-72. <br />
<br />
Herlambang MS, Priyani N, Nurtjahja K, Suryanto D. 2006. Isolation of <br />
proteolitic thermophilic bacteria from hot spring of Semangat Gunung <br />
Village, Simpang Empat, Karo, North Sumatra. Proceedings: The Fifth <br />
Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar 2006: <br />
72-77. <br />
<br />
Inbar J, Chet I. 1995. The role of recognition in the induction of specific <br />
chitinases during mycoparasitism by Trichoderma harzianum. <br />
Microbiol 141:2823–2829. <br />
<br />
Irawan, Suwanto A, Tjondronegoro PW. 1998. Isolasi dan penapisan bakteri <br />
fotosintetik anoksigenik penghasil asam δ–aminolevulinat <br />
ekstraseluler. Hayati 5: 98-102. <br />
<br />
Itoua-Apoyolo C, Drif L, Vassal JM, Debarjac H, Bossy JP, Leclant F, Frutos <br />
R. 1995. Isolation of multiple subspecies of Bacillus thuringiensis <br />
from a population of the European sunflower moth, Homoeosoma <br />
nebulella. Appl Environ Microbiol 61: 4343-4347. <br />
<br />
Kaban V. 2005. Sensitivitas bakteri tanah terhadap logm berat Cd, Cu, Ni, <br />
dan Zn. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
<br />
Kawalek MD, Benjamin S, Lee HL, Gill SS. 1995. Isolation and identification <br />
of novel toxins from a new mosquitocidal isolate from Malaysia, <br />
Bacillus thuringiensis subsp. jegathesan. Appl Environ Microbiol 61: <br />
2965-2969. <br />
<br />
Khan MY, Dahot MU, Khan MY. 1992. Single cell protein production by <br />
Penicillium javanicum from pretreated rice husk. J Islamic Acad Sci 5: <br />
39-43. <br />
<br />
Kim JK, Lee BK. 2000. Mass production of Rhodopseudomonas palustris as <br />
diet for aquaculture. Aquacult Engine 23: 281-293. <br />
<br />
Kobayashi M, Kobayashi M. 1995. Waste remediation and treatment using <br />
anoxygenic photosynthetic bacteria. In Anoxygenic photosynthetic <br />
bacteria. Ed. Blakenship RE, Madigan MT, Bauer CE. Kluwer Academic <br />
Publishers. The Netherlands. 1269-1282. <br />
<br />
Kuo W-H, Chak K-F. 1996. Identification of novel cry-type genes from <br />
Bacillus thuringiensis strains on the basis of restriction fragment <br />
length polymorphism of the PCR-Amplified DNA. Appl Environ <br />
Microbiol 62: 1369-1377. <br />
<br />
Lacina C, Germain G, Spiros AN. 2003. Utilization of fungi for biotreatment <br />
of raw wastewaters. African J Biotechnol 2: 620-630. <br />
<br />
Laine MM, Jorgensen KS. 1996. Straw compost and bioremediated soil as <br />
inocula for the bioremediation of chlorophenol-contaminated soil. <br />
Appl Environ Microbiol 62: 1507-1513. <br />
<br />
Lambert B, Buysse L, Decock C, Jansens S, Piens C, Saey B, Seurinck J, Van <br />
Audenhove K, Van Rie J, Van Vliet A, Peferoen M. 1996. A Bacillus <br />
thuringiensis insecticidal crystal protein with a high activity against <br />
members of the family Noctuidae. Appl Environ Microbiol 62: 80-86. <br />
<br />
Lambert B, Peferoen M. 1992. Insecticidal promise of Bacillus thuringiensis: <br />
Facts and mysteries about a successful biopesticide. BioScience <br />
42:112–122. <br />
<br />
Liu P Y-F, Ke S-C, Chen S-L, 1997. Use of pulsed-field gel electrophoresis to <br />
investigate a pseudo-outbreak of Bacillus cereus in a pediatric unit. J <br />
Clin Microbiol 35: 133-1535. <br />
<br />
López-Meza JE, Ibarra JE. 1996. Characterization of a novel strain of <br />
Bacillus thuringiensis. Appl Environ Microbiol 62: 1306-1310. <br />
Malick EA, Hitzman DO, Wegner EH, Case NL, Hawkins HM. 1976. Single cell <br />
protein: Its status and future implications in world food supply. <br />
Second Arab Conference on Petrochemicals. Abu Dhabi (United Arab <br />
Emirates). 254-281. <br />
<br />
Marchesi JR, Sato T, Weightman AJ, Martin TA, Fry JC, Hiom SJ, Wade WG. <br />
1998. Design and evaluation of useful bacterial specific PCR primers <br />
that amplify genes coding for bacterial 16S rRNA. Appl Environ <br />
Microbiol 64: 795-799. <br />
<br />
Masson L, Erlandson M, Puzstai-Carey M, Brousseau R, Jua´rez-Pe´rez V, <br />
Frutos R. 1998. A holistic approach for determining the <br />
entomopathogenic potential of Bacillus thuringiensis strains. Appl <br />
Environ Microbiol 64:4782–4788. <br />
<br />
McQuilken MP, Halmer P, Rhodes DJ. 1998. Application of microorganisms <br />
to seeds. In Formulation of microbial biopesticides: Beneficial <br />
microorganisms, nematodes and seed treatments. Ed. Burges HD. <br />
Kluwer Academic Press. Dordrecht. 255-285. <br />
<br />
Muzzarelli RAA. 1985. Chitin. In The polysaccharides. Ed. Aspinall GO. <br />
Academic Press, Inc. Orlando. 417-450. <br />
<br />
Ohno T, Armand S, Hata T, Nikaidou N, Henrissat B, Mitsutomi M, Watanabe <br />
T. 1996. A modular family 19 chitinase found in the prokaryotic <br />
organism Streptomyces griseus HUT 6037. J Bacteriol 178: 5065-<br />
5070. <br />
<br />
Omar S, Sabry S. 1991. Microbial biomass and protein production from <br />
whey. J Islamic Acad Sci 4:170-172. <br />
<br />
Ordentlich A, Elad Y, Chet I. 1988. The role of chitinase of Serratia <br />
marcescens in biocontrol of Sclerotium rolfsii. Phytopathol 78: 84-88. <br />
<br />
Orikoshi H, Baba N, Nakayama S, Kashu H, Miyamoto K, Yasuda M, Inamori <br />
Y, Tsujibo H. 2003. Molecular analysis of the gene encoding a novel <br />
cold-adapted chitinase (ChiB) from a marine bacterium, Alteromonas <br />
sp. strain O-7. J Bacteriol 185: 1153–1160. <br />
<br />
Phetteplace H, Jarosz M, Uctuk R, Johnson D, Sporleder R. 2000. Evaluation <br />
of single cell protein as a protein supplement for finishing cattle. <br />
http://www.ansci.colostate.edu/documents/renut/2000/pdf/hp001.pdf <br />
Powell KA, Faull JL. 1989. Commercial approaches to the use of biological <br />
control agents. In Biotechnology of fungi for improving plant growth. <br />
Ed. Whipp JM, Lumsden RD. Cambridge University Press. Cambridge. <br />
259-275. <br />
<br />
Ravinder R, Rao LV, Ravindra P. 2003. Studies on Aspergillus oryzae <br />
mutants for the production of single cell proteins from deoiled rice <br />
bran. Food Technol Biotechnol 41: 243-246. <br />
<br />
Rivera AMG, Priest FG, 2003. Pulsed field gel electrophoresis of <br />
chromosomal DNA reveals a clonal population structure to Bacillus <br />
thuringiensis that relates in general to crystal protein gene content. <br />
FEMS Microbiol Lett 223: 61-66. <br />
<br />
Sardjono O. 1989. Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional. Penerbit <br />
Majalah Cermin Dunia Kedokteran. <br />
<br />
Sasaki K, Noparatnaraporn N, Hayashi M, Nishizawa Y, Nagai S. 1981. <br />
Single-cell protein production by treatment of soybean wastes with <br />
Rhodopseudomonas gelatinosa. J Ferment Technol 59: 471-477. <br />
<br />
Sathappan M. 1997. Optimation of growth and immobilization of <br />
Rhodopseudomonas palustris strain B1 for the utilization of sago <br />
starch processing wastewater. MS Thesis. Institute of Advances <br />
Studies. University of Malaya. 180 pp. <br />
<br />
Schnepf E, Crickmore N, Van Rie J, Lereclus D, Baum J, Feitelson J, Zeigler <br />
DR, Dean DH. 1998. Bacillus thuringiensis and its pesticidal crystal <br />
proteins. Microbiol Mol Biol Rev 62: 775-806. <br />
<br />
Semple KT, Cain RB. 1996. Biodegradation of phenols by the alga <br />
Ochromonas danica. Appl Environ Microbiol 62: 1264-1273. <br />
<br />
Shaikh SA, Desphande MV. 1993. Chitinolytic enzymes: their contribution to <br />
basic and applied research. World J Microbiol Biotechnol. 9: 468: 475. <br />
<br />
Spadaro JT,,Gold MH, Renganathan V. 1992. Degradation of azo dyes by <br />
the lignin-degrading fungus Phanerochaete chrysosporium. Appl <br />
Environ Microbiol 58: 2397-2401. <br />
<br />
Suryanto D, Suwanto A. 2000. Seleksi dan isolasi bakteri pengurai senyawa <br />
hidrokarbon aromatik. J Mikrobiol Indones 5: 39-42. <br />
Suryanto D, Nasution SK, Yurnaliza. 2005. Potensi isolat bakteri dari <br />
kepiting batu untuk menghasilkan minyak kelapa secara fermentasi. J <br />
Mikrobiol Indones 10: 14-16. <br />
<br />
Suryanto D, Chairani, Rusika D, Lubis NA, Yurnaliza. 2007. Eksplorasi dan <br />
bioasai berbagai isolat Bacillus thuringiensis lokal terhadap larva <br />
beberapa jenis serangga. Biota 12: 61-67. <br />
<br />
Suryanto D. 2009. Amplifikasi gen cry1 dan analisis genom isolat Bacillus <br />
thuringiensis lokal. Berkala Penelitian Hayati (submitted). <br />
<br />
Suryanto D, Irawati N, Munir E. 2009a. Isolation and characterization of <br />
chitinolytic bacteria isolated from soil, and their potential to inhibit <br />
plant pathogenic fungi. Biotropia (submitted). <br />
<br />
Suryanto D, Patonah S, Munir E. 2009b. Control of Fusarium wilt of chili <br />
with chitinolytic bacteria. Hayati (submitted). <br />
<br />
Suryanto D, Listiani PD. 2009c. Isolasi bakteri fotosintetik anoksigenik yang <br />
tumbuh dalam limbah cair tepung tapioka dan potensinya sebagai <br />
protein sel tunggal (Isolation of anoxygenic photosynthetic bacteria <br />
that grow in cassava liquid wastewater and its potential as single cell <br />
protein). Biota (submitted). <br />
<br />
Suryanto D, Fakhrullah, Napitupulu D, Munir E. 2009e. Assay of three <br />
chitinolytic bacterial isolates of Taman Nasional Gunung Leuser <br />
Tangkahan to inhibit plant pathogenic fungi. Microbiol Indones (in <br />
preparation). <br />
<br />
Thomas DJI, Morgan JAW, Whipps JM, Saunders JR. 2000. Plasmid transfer <br />
between the Bacillus thuringiensis subspecies kurstaki and <br />
tenebrionis in laboratory culture and soil and in Lepidopteran and <br />
Coleopteran larvae. Appl Environ Microbiol 66: 118-124. <br />
<br />
Tsujibo H, Kubota T, Yamamoto M, Miyamoto K, Inamori Y. 2003. <br />
Characterization of chitinase genes fom an alkaliphilic actinomycete, <br />
Nocardia prasina OPC-131. Appl Environ Microbiol 69: 894-900. <br />
<br />
Wen CM, Tseng CS, Cheng CY, Li YK. 2002. Purification, characterization <br />
and cloning of a chitinase from Bacillus sp. NCTU2. Biotech Appl <br />
Biochem 35: 213-219. <br />
<br />
Whitman WB, Coleman DC, Wiebe WJ. 1998. Prokaryotes: The unseen <br />
majority. Proc Natl Acad Sci 95: 6578-6583. <br />
<br />
Wu ML, Chuang YC, Chen JP, Chen CS, Chang MC. 2001. Identification and <br />
characterization of the three chitin-binding domains within the <br />
multidomain chitinase Chi92 from Aeromonas hydrophila JP101. Appl <br />
Environ Microbiol 67: 5100-5106. <br />
<br />
DAFTAR RIWAYAT HDUP <br />
<br />
PERSONAL <br />
<br />
Nama Lengkap dan Gelar : Dwi Suryanto, B.Sc. (UGM), Drs. (UGM), <br />
M.Sc. (Michigan St. U), Dr. (IPB), Prof. (USU) <br />
Tempat/Tanggal Lahir : Sungailiat, Bangka/9 April 1964 <br />
Agama : Islam <br />
NIP : 19640409 199403 1 003 <br />
Gol./Pangkat : IVa/Pembina <br />
Jabatan Fungsional : Guru Besar <br />
Alamat Rumah : Jl. Beo No. 249, Perumnas Mandala, Medan <br />
Alamat Kantor : Departemen Biologi, Fakultas MIPA, USU <br />
Jln. Bioteknologi No. 1, Medan 20155 <br />
Telepon Kantor : (061) 8223564 <br />
HP : 08126328916 <br />
E-mail : DwiSuryanto@usu.ac.id <br />
d.suryanto@lycos.com <br />
<br />
<br />
KELUARGA <br />
<br />
Nama Orang Tua : (Alm.) Moehammad Sahoeri (Bapak) <br />
(Almh.) Sujatmi (Ibu) <br />
Nama Istri : Siti Khadijah Nasution, S.Si. <br />
Nama Anak : Muhammad Aditya Haryawan (♂) <br />
Nindya Laksita Laras (♀) <br />
Aisyah Anindita Prameswari (♀) <br />
<br />
<br />
PENDIDIKAN <br />
<br />
- SD UPTB. Pemali. Bangka. 1975. <br />
- SMP UPTB. Pemali. Bangka. 1979. <br />
- SMA Negeri 508. Sungailiat. Bangka. 1982. <br />
- B.Sc. Biologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 1986. <br />
- Drs. Biologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 1987. <br />
- M.Sc. Entomologi. Department of Entomology. Michigan State University. <br />
East Lansing. Amerika Serikat. 1993. <br />
- Dr. Mikrobiologi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. 2001. <br />
<br />
PENGUASAAN BAHASA ASING <br />
<br />
- Inggris: lisan dan tulisan. <br />
<br />
<br />
RIWAYAT JABATAN <br />
<br />
1-3-1994 Calon Pegawai Negeri Sipil. <br />
1-4-1995 Penata Muda (Gol. IIIa). <br />
1-6-1995 Asisten Ahli Madya/Penata Muda (Gol. IIIa). <br />
1-4-1996 Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb). <br />
1-1-2003 Impassing Asisten Ahli (150)/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb). <br />
1-5-2003 Lektor/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb). <br />
1-10-2003 Lektor/Penata (Gol. IIIc). <br />
1-7-2005 Lektor Kepala/Penata (Gol. IIIc). <br />
1-10-2006 Lektor Kepala/Penata Tk. I (Gol. IIId) <br />
1-11-2008 Guru Besar/Penata Tk. I (Gol. IIId) <br />
1-12-2008 Sertifikasi Dosen <br />
1-4-2009 Guru Besar/Pembina (Gol. IVa) <br />
<br />
<br />
PENGALAMAN PEKERJAAN <br />
<br />
1983-1988 Asisten tidak tetap di Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. <br />
1985 Asisten tidak tetap di Fakultas PMIPA. IKIP. Yogyakarta. <br />
1988-1993 Staf Pengajar. Fakultas Biologi. UMA. Medan. <br />
1992 Compulsory Teaching Assistant on General Entomology. <br />
Department of Entomology. Michigan State University. <br />
East Lansing. Michigan. Amerika Serikat. <br />
1994-sekarang Staf Pengajar. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. <br />
Medan. <br />
1994-1996 Short-term Technical Assistant. HEDS-USAID Project. <br />
Medan. <br />
1995 Anggota Tim Penyusun Proposal Laboratorium Penelitian <br />
dan Pengembangan MIPA Terpadu. Fakultas MIPA USU. <br />
Medan. <br />
1995-1996 Kepala Laboratorium Taksonomi Hewan. PS Biologi. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2002-2006 Kepala Laboratorium Mikrobiologi. Jurusan Biologi. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2003 Anggota Tim Penyusun Proposal TPSDP. Jurusan Biologi. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2004 Ketua Tim Penyusun Proposal S1 Reguler Mandiri. Jurusan <br />
Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2004 Ketua Tim Penyusun Proposal SP4. Jurusan Biologi. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2005 Ketua Tim Penyusun Kurikulum Berbasis Kompetensi <br />
2006. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2005-2010 Ketua Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2006 Ketua Tim Penyusun Proposal PHK-A2. Departemen <br />
Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
2006-sekarang Penanggung Jawab dan Anggota Editor Jurnal Biologi <br />
Sumatera. Departemen Biologi. Fakultas MIPA USU. <br />
Medan. <br />
2006-2010 Ketua Program Studi S2 Biologi. USU. Medan. <br />
2007-2009 Ketua Tim GKM Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. <br />
Medan. <br />
2007-2009 Ketua Tim GKM Program Studi S2 Biologi. USU. Medan. <br />
2007-2009 Evaluator/Reviewer Penelitian LP USU. Medan. <br />
2008 Anggota Tim Penyusun Proposal Program Hibah Kompetisi <br />
Institusi. USU. Medan. <br />
2009 Pembina Olimpiade Sains Nasional Bidang Biologi Provinsi <br />
Sumatera Utara. Medan. <br />
2009 Reviewer Insentif Staf untuk Pemutakhiran Bahan Ajar <br />
dan E-Learning Program Hibah Kompetisi Institusi. USU. <br />
Medan. <br />
<br />
<br />
MATA KULIAH YANG DIASUH <br />
<br />
1994-1996 S1 : Taksonomi Avertebrata, Taksonomi Vertebrata, <br />
Ekologi, Genetika, Entomologi, Ekologi Serangga <br />
(Departemen Biologi). <br />
2001-2002 S1 : Biologi (Departemen Kehutanan). <br />
2001-2005 D3 : Mikrobiologi (D3-Kimia Analis). <br />
2001-2006 S1 : Biokimia (Departemen Biologi). <br />
2001-sekarang S1 : Mikrobiologi, Evolusi, Pengantar Bioteknologi, <br />
Mikrobiologi Lingkungan (Departemen Biologi). <br />
2006-sekarang S2 : Keragaman Mikroba, Genetika Mikroba, Biologi <br />
Mikroba Pengendali Hayati (Biologi SPS USU). <br />
Bioremediasi dan Biodegradasi (Biologi dan PSL SPS <br />
USU). <br />
2008-sekarang S3 : Pengelolaan Limbah dan Bioremediasi (Agronomi SPS <br />
USU)<br />
<br />
SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PEMAKALAH/ <br />
NARASUMBER) <br />
<br />
Kongres dan Seminar Nasional Perhimpunan Bioteknologi Pertanian <br />
Indonesia. Yogyakarta. 2000. (Pemakalah). <br />
Kongres Permi. Yogyakarta. 2001. (Pemakalah). <br />
SEMIRATA 15 MIPA. Medan. 2001. (Pemakalah). <br />
Lokakarya Pengajaran Mikrobiologi Modern Untuk Guru-Guru SMU se <br />
Sumatera Utara. USU. Medan. 2002. (Ketua Panitia dan <br />
Narasumber). <br />
Kuliah Khusus. Plasmid: Suatu DNA Ekstra Kromosom. Microbiological Study <br />
Club. Medan. 2002. (Pembicara). <br />
Seminar Pengembangan Wawasan Bioteknologi: Peningkatan dan <br />
Penajaman Pengertian Bioteknologi Bagi Guru dan Siswa SMU Sesuai <br />
dengan Kurikulum Nasional. UMA. Medan. 2003. (Pembicara). <br />
Seminar Nasional Kimia II. Departemen Kimia. Fakultas MIPA. USU. 2005. <br />
(Pemakalah). <br />
Seminar dan Lokakarya Revisi Kurikulum Biologi Berbasis Kompetensi. <br />
Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. 2005. (Panitia dan <br />
Pemakalah). <br />
Seminar Nasional XVII dan Kongres X. PBBMI Bekerjasama dengan Pusat <br />
Penelitian Bioteknologi Universitas Riau. Pekanbaru. 2005. <br />
(Pemakalah). <br />
Short Course Entomologi Kesehatan. 2006. Bapelkes Provinsi Sumatera <br />
Utara. (Fasilitator/Narasumber). <br />
Pelatihan Penyusunan Pembuatan Proposal Penelitian DP2M-Dikti Tahun <br />
2006-2009. LP USU. (Pembicara). <br />
The Fifth Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar. USU. <br />
2006. (Pemakalah). <br />
Seminar dan Lokakarya SEMIRATA,MIPA. Unand dan UNP Padang. 2006. <br />
(Pemakalah). <br />
Seminar 2nd<br />
Annual Scientific Meeting of Pharmacy, Pharmacology, and <br />
Medicine. Science and Research for Tomorrow. Fakultas Kedokteran <br />
USU Medan. 2006. (Pemakalah). <br />
Seminar Hasil-hasil Penelitian Lembaga Penelitian USU 2006. (Pemakalah). <br />
Seminar Sehari Meningkatkan Wawasan Bioteknologi di MAN 2 Model <br />
Medan. 2007. (Pembicara). <br />
Pelatihan Olimpiade Biologi. LPMP Medan. 2008. (Narasumber). <br />
Pelatihan TOT Biologi. LPMP Medan. 2008. (Narasumber). <br />
International Seminar: The Roles of Biology in Sustainable Utilization of <br />
Local Natural Resources for Environmental-Friendly Industrial <br />
Purposes. Departemen Biologi. Fakultas MIPA USU. 2008. <br />
(Pemakalah).<br />
<br />
SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PANITIA) <br />
<br />
Seminar Sehari Penerapan Teknologi dan Komunikasi Data. UMA. Medan. <br />
1995. (Moderator). <br />
International Training Workshop on Advances in Molecular Biology <br />
Techniques to Assess Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP. <br />
Bogor. 2000. (Lab Instructure). <br />
Lokakarya Pengajaran Mikrobiologi dan Bioteknologi Modern Untuk Guru <br />
SMU. IPB. Bogor. 2000. (Panitia dan Instruktur Praktikum). <br />
Seminar Ilmiah Peran MIPA Dalam Pengembangan IPTEK Untuk <br />
Pemberdayaan Potensi Daerah Sumatera Utara. Lustrum VII. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. 2000. (Panitia). <br />
Seminar Bioinformatika: Landasan Ilmu-ilmu Pertanian Masa Depan. 2000. <br />
IPB. Bogor. (Panitia). <br />
Second International Training Course on Advances in Molecular Biology <br />
Techniques to Assess Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP. <br />
Bogor. 2001. (Lab Instructure). <br />
Training Course on Advances in Molecular Biology Technique to Assess <br />
Microbial Biodiversity. Kasetsart University. Bangkok. Thailand. 2001. <br />
(Lab Instructure). <br />
Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi <br />
Indonesia. Medan. 2002. (Ketua Panitia). <br />
Training Course on Advances in Molecular Biology Technique to Assess <br />
Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP. Bogor. 2003. (Lab <br />
Instructure). <br />
Workshop on Biocontrol and Plant Clinic Molecular Diagnostic for Plant <br />
Pathogen. Fakultas Pertanian. USU. Medan. 2004. (Class and Lab <br />
Intructure). <br />
Seminar Bioteknologi Modern, Sarana Penting Untuk Pemanfaatan <br />
Biodiversitas Secara Optimal. Fakultas MIPA. USU. 2004. (Panitia). <br />
<br />
<br />
SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PESERTA) <br />
<br />
English Course. The Economic Institute. Colorado University. Boulder. CO. <br />
Amerika Serikat. 1990. <br />
Mid Winter Seminar. Tucson. Arizona. Amerika Serikat. 1990. <br />
Entomological Society of America, Annual Meeting and Seminar. Baltimore. <br />
Amerika Serikat. 1992. <br />
Entomological Society of America, Forensic Seminar. Baltimore. Amerika <br />
Serikat. 1992.<br />
<br />
<br />
<br />
Short Course of Basic Genetics. HEDS-USAID. UNILA. Bandar Lampung. <br />
1993. <br />
Research Proposal Writing Workshop. HEDS-USAID. USU. Medan. 1994. <br />
Penataran Tenaga Peneliti Bidang Ilmu Eksakta. LP USU. Medan. 1994. <br />
Short Course on Cell Biology. HEDS-USAID. UNAND. Padang. 1994. <br />
Short Course on Competency and Relevancy in Education. HEDS-USAID. <br />
USU. Medan. 1994. <br />
Microbial Ecology & Biotechnology Seminar and Course Development. <br />
HEDS-USAID. USU. MEDAN. 1995. <br />
Short Course of Basic Genetics II. HEDS-USAID. UNILA. Bandar Lampung. <br />
1995. <br />
Upgrading and Workshop in Animal Ecology. UNSRI. Palembang. 1995. <br />
Introductory Course on Remote Sensing and Geographical Information <br />
System for Biological Resources Management. HEDS-USAID. IKIP. <br />
Medan. 1995. <br />
International Seminar on Biotechnology and Bioinformatics. UNIKA <br />
Atmajaya. Jakarta. 2001. <br />
Seminar Relevansi Tanaman Transgenik Terhadap Ketahanan Pangan <br />
Nasional. Seminar Nasional dan Pertemuan Mahasiswa Pertanian <br />
Sumatera Utara. PEMA. Fakultas Pertanian. UNIKA St. Thomas <br />
Sumatera Utara. Medan. 2002. <br />
Pelatihan Pembuatan Proposal Program SP4 dan Penulisan Laporan <br />
Pelaksanaan Program di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. <br />
2005. <br />
Workshop on Bioinformatics. India-ASEAN Country. Hyderabad. India. 2005. <br />
Pelatihan Penyiapan Dokumen Akreditasi Program Studi di Lingkungan <br />
Universitas Sumatera Utara. 2006. <br />
Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah Kompetisi Departemen-Departemen <br />
di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. 2006. <br />
Workshop Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Biro <br />
Kepegawaian. Sekjen Depdiknas-Unimed. 2006. <br />
Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) <br />
Angkatan XXV. 2006. <br />
Lokakarya Struktur dan Administrasi Tim Monitoring dan Evaluasi <br />
Universitas Sumatera Utara. 2006. <br />
Pelatihan Penyusunan RS, RKT, PKK, dan PPS. USU. 2006. <br />
Lokakarya Membangun Kolaborasi Para Pihak Dalam Strategi Konservasi <br />
Habitat Orangutan Sumatera di Kawasan Hutan Daerah Aliran Sungai <br />
Batang Toru. Medan 2007. <br />
Pelatihan Sertifikasi Auditor Penjaminan Mutu Sistem Manajemen Mutu <br />
(SMM). USU. 2008.<br />
Pelatihan TOT Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi <br />
Olimpiade Sains Nasional. Ditjen MPDM. Jakarta. 2009. <br />
Academic Research Exposition. (Poster). IMT-GT. Kangar. Perlis. Malaysia. <br />
2009. <br />
<br />
<br />
PENELITIAN <br />
<br />
HEDS-USAID. 1993. (Mahasiswa S2). A survey of ants as candidates for <br />
potential biological control of pear psylla (Cacopsylla pyricola <br />
(Foerster)) in Michigan. MS Thesis. Michigan State University. East <br />
Lansing. Amerika Serikat. <br />
OPF USU. 1994. (Ketua). Identifikasi semut dan kesukaan terhadap umpan <br />
di tanah berumput. <br />
OPF USU. 1995. (Anggota). Cacing tanah pada timbunan sampah rumah <br />
tangga di beberapa Kecamatan Kotamadya Medan. <br />
PPD HEDS-USAID. 1996. (Anggota). Pembuatan dan pengujian disinfektan <br />
lolos butuh pentayodium terhadap mikroorganisme patogen <br />
pencemar air minum. <br />
OPF USU. 1997. (Anggota). Isolasi kristal protein Bacillus thuringiensis <br />
untuk kajian bioinsektisida. <br />
BPPS, PT Timah Bangka, dan RCMD FMIPA IPB Bogor. 2001. (Mahasiswa <br />
S3). Selection and characterization of bacterial isolates for monocyclic <br />
aromatic degradation. Disertasi. IPB. Bogor. <br />
Hibah PEKERTI 1. DP3M Dikti. 2003-2004. (Ketua). Eksplorasi dan upaya <br />
pemanfaatan isolat Bacillus thuringiensis lokal Sumatera Utara untuk <br />
tujuan pengendalian hama. <br />
Penelitian Dasar. DP2M Dikti. 2004. (Ketua). Potensi obat cendawan <br />
Ganoderma indigenous Sumatera Utara melalui uji keragaman <br />
genetik. <br />
Hibah Bersaing 12. DP2M Dikti. 2004-2005. (Anggota). Pemanfaatan limbah <br />
cair pabrik pengolahan kelapa sawit untuk memperkaya biodiversitas <br />
tanah dan menghindari pencemaran lingkungan. <br />
Hibah Bersaing 13. DP2M Dikti. 2005-2006. (Ketua). Eksplorasi bakteri <br />
kitinolitik: Keragaman genetik gen penyandi kitinase pada berbagai <br />
jenis bakteri dan pemanfaatannya. <br />
Proyek Penelitian SP4. 2005. (Ketua). Isolasi dan uji aktivitas antimikroba <br />
beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai obat asal Cagar Alam <br />
Tangkahan Sumatera Utara. <br />
Proyek Penelitian SP4. 2006. (Anggota). Isolasi bakteri dan uji biodegradasi <br />
kompleks minyak solar. Prospek Keanekaragaman Hayati Mikroba <br />
(Microbial Bioprospecting) Sumatera Utara <br />
Hibah Bersaing 14. DP2M Dikti. 2006-2008. (Anggota). Upaya budidaya <br />
ikan jurung (Tor sp.) sebagai peluang pengembangan komoditas baru <br />
di daerah Sumatera Utara. <br />
Penelitian FAO & UBK Sahiva USU. 2007. (Anggota). Poultry market chain <br />
study in North Sumatra. <br />
Hibah Bersaing 16. DP2M Dikti. 2008. (Anggota). Produksi biogas dari <br />
limbah cair tahu sebagai upaya mengatasi krisis energi dan <br />
pencemaran lingkungan. <br />
Hibah Bersaing 16. DP2M Dikti. 2008. (Anggota). Pemanfaatan fungi dalam <br />
proses dekomposisi serasah daun Avicennia marina sebagai sumber <br />
pakan bagi organisme di ekosistem mangrove. <br />
Penelitian Hibah. Funded by Rainforest Coffee Team, and The Clean <br />
Production and Regional Cooperation Foundation, Taiwan. 2008-<br />
2009. (Ketua). Isolation and characterization of thermophiles from <br />
North Sumatra’s geothermal and their hydrolytic enzyme potential. <br />
Hibah Penelitian Strategis Nasional 1. DIPA USU. 2009. (Ketua). <br />
Biodiversitas mikroorganisme penghasil antibiotik dari TWA <br />
Sibolangit, Sumatera Utara. <br />
<br />
<br />
DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH <br />
<br />
Suryanto D, Suwanto A. 2000. Seleksi dan isolasi bakteri pengurai senyawa <br />
hidrokarbon aromatik. J Mikrobiol Indones 5: 39-42. <br />
Suryanto D, Suwanto A, Meryandini A. 2001. Characterization of three <br />
benzoate degrading anoxygenic photosynthetic bacteria isolated from <br />
the environment. Biotropia 17: 9-17. <br />
Suryanto D, Suwanto A. 2002. Effect of pH and NaCl concentration on <br />
benzoate utilization of anoxygenic photosynthetic bacteria. J Mikrobiol <br />
Indones 7: 15-18. <br />
Suryanto D, Suwanto A. 2003. Isolation and characterization of a novel <br />
benzoate-utilizing Serratia marcescens. Biotropia 21: 1-10. <br />
Suryanto D. 2004. Mengenal lintasan aerobik degradasi senyawa <br />
hidrokarbon aromatik monosiklik mikroorganisme. Warta <br />
Universitaria 18/19: 92-94. <br />
Suryanto D, Nasution SK, Yurnaliza. 2005. Potensi isolat bakteri dari <br />
kepiting batu untuk menghasilkan minyak kelapa secara fermentasi. <br />
J Mikrobiol Indones 10:14-16. <br />
Suryanto D, Kelana TB, Nani N, Yurnaliza. 2005. Uji bioaktivitas ekstrak <br />
metanol daun tumbuhan serit Randia longiflora (Familia: Rubiaceae). <br />
Media Farmasi 13: 29-34. <br />
Universitas Sumatera Utara <br />
Suryanto D, Andriani S, Nurtjahja K. 2005. Keragaman genetik Ganoderma <br />
spp. dari beberapa tempat di Sumatera Utara. Kultura 40: 70-76. <br />
Nurtjahja K, Suryanto D, Winda L. 2006. Identifikasi jenis dan jumlah <br />
bakteri pada pasien mikosis kulit. J Biol Sum 1: 1-2. <br />
Suryanto D. 2006. Uji bioaktivitas penghambatan ekstrak metanol <br />
Ganoderma spp. terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur. J Sains <br />
Kimia 10: 31-34. <br />
Suryanto D, Kelana TB, Munir E, Nani N. 2006. Uji brine-shrimp dan <br />
pengaruh ekstrak metanol daun tumbuhan pradep (Psychothria <br />
stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae)) terhadap mikroba. Media <br />
Farmasi 14: 85-92. <br />
Suryanto D, Ginting D, Yurnaliza. 2006. Isolation of chitinolytic bacteria <br />
from North Sumatra and Bangka and assay of their crude chitinase. <br />
Proceedings: The Fifth Regional IMT-GT Uninet Conference & <br />
International Seminar 2006: 6-11. <br />
Herlambang MS, Priyani N, Nurtjahja K, Suryanto D. 2006. Isolation of <br />
proteolitic thermophilic bacteria from hot spring of Semangat Gunung <br />
Village, Simpang Empat, Karo, North Sumatra. Proceedings: The Fifth <br />
Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar 2006: <br />
72-77. <br />
Widhiastuti R, Suryanto D, Muklis, Wahyuningsih H. 2006. Utilization of <br />
palm oil mill effluent to increase soil biodiversity and to reduce <br />
environmental pollution. Proceedings: The Fifth Regional IMT-GT <br />
Uninet Conference & International Seminar 2006: 450-454. <br />
Widhiastuti R, Suryanto D, Mukhlis, Wahyuningsih H. 2006. Pengaruh <br />
pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai <br />
pupuk terhadap biodiversitas tanah. Kultura 41: 1-8. <br />
Suryanto D, Munir E. 2006. Potensi pemanfaatan isolat bakteri kitinolitik <br />
lokal untuk pengendalian hayati jamur. Prosiding Seminar Hasil-hasil <br />
Penelitian Tahun 2006 Dalam Rangka Dies Natalis USU ke-54. LP <br />
USU: 15-25. <br />
Supriharti D, Wahyuningsih H, Suryanto D. 2006. Upaya budidaya ikan <br />
jurung (Tor sp.) sebagai peluang pengembangan komoditas baru di <br />
Sumatera Utara. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Tahun 2006 <br />
Dalam Rangka Dies Natalis USU ke-54. LP USU: 153-158. <br />
Suryanto D, Chairani, Rusika D, Lubis NA, Yurnaliza. 2007. Eksplorasi dan <br />
bioasai berbagai isolat Bacillus thuringiensis lokal terhadap larva <br />
beberapa jenis serangga. Biota 12: 61-67. <br />
Suryanto D. 2007. Is transposition really random? J Sains Kimia 11: 5-8. <br />
Suryanto D, Irmayanti, Lubis S. 2007. Karakterisasi dan uji kepekaan <br />
antibiotik beberapa isolat Staphylococcus aureus dari Sumatera <br />
Utara. Media Kedokteran Nusantara 40: 104-107. <br />
Suryanto D. 2007. Keragaman genetik beberapa isolat Bacillus thuringiensis <br />
asal Sumatera Utara. J Biol Sum 2: 1-3. <br />
Suryanto D, Kelana TB. 2009. Uji antimikroba dan toksisitas ekstrak <br />
metanol daun blokar (Piper sarmentosum). J Biol Sum (submitted). <br />
Suryanto D, Kelana TB, Wahyuni S. 2009. Pengujian fraksi ekstrak metanol, <br />
etil-asetat dan n-heksana daun tabar-tabar (Costus speciosus) <br />
terhadap mikroba dan uji toksisitasnya terhadap larva udang. Biota: <br />
(submitted). <br />
Suryanto D, Listiani PD. 2009. Isolasi bakteri fotosintetik anoksigenik yang <br />
tumbuh dalam limbah cair tepung tapioka dan potensinya sebagai <br />
protein sel tunggal. Biota (submitted). <br />
Suryanto D. 2009. Amplifikasi gen cry1 dan analisis genom isolat Bacillus <br />
thuringiensis lokal. Berkala Penelitian Hayati: (submitted). <br />
Suryanto D, Irawati N, Munir E. 2009. Isolation and characterization of <br />
chitinolytic bacteria isolated from soil, and their potential to inhibit <br />
plant pathogenic fungi. Biotropia (submitted). <br />
Suryanto D, Patonah S, Munir E. 2009. Control of Fusarium wilt of chili with <br />
chitinolytic bacteria Hayati (submitted). <br />
Suryanto D, Fakhrullah, Napitupulu D, Munir E. 2009. Assay of three <br />
chitinolytic bacterial isolates of Taman Nasional Gunung Leuser <br />
Tangkahan to inhibit plant pathogenic fungi. Microbiol Indones (in <br />
preparation). <br />
<br />
<br />
DAFTAR KARYA ILMIAH/PENELITIAN YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN <br />
<br />
Suryanto D. 1986. Total kolesterol pada beberapa telur unggas. Penelitian <br />
untuk Seminar Sarjana Muda. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah <br />
Mada. Yogyakarta. <br />
Suryanto D. 1987. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan insektisida <br />
Furadan 3G terhadap populasi Collembola dan Acarina. Skripsi. <br />
Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. <br />
Suryanto D. 1993. A survey of ants as candidates for potential biological <br />
control of pear psylla (Cacopsylla pyricola (Foerster)) in Michigan. MS <br />
Thesis. Michigan State University. East Lansing. <br />
Suryanto D. 1995. Dengue fever in Asia. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. <br />
Medan. <br />
Suryanto D. 1995. The mangrove forests of Sumatra. Karya Ilmiah. <br />
Perpustakaan USU. Medan. <br />
Suryanto D. 1995. Developing an integrated pest management design of <br />
pear psylla (Cacopsylla pyricola (Foerster)) in pear orchard. Karya <br />
Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan. <br />
Universitas Sumatera Utara <br />
Suryanto D. 1995. Indeks agregasi dan transformasi semut Prenolepis <br />
imparis (Say), Lasius neoniger Emery, dan Myrmica emeryana Forel. <br />
Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan <br />
Suryanto D. 2001. Selection and characterization of bacterial isolates for <br />
monocyclic aromatic degradation. Disertasi. IPB. Bogor. <br />
Suryanto D. 2002. Biodegradasi aerobik senyawa hidrokarbon aromatik <br />
monosiklis oleh bakteri. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan. <br />
Suryanto D. 2002. Melihat keanekaragaman organisme melalui beberapa <br />
teknik genetika molekuler. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan. <br />
<br />
<br />
DIKTAT <br />
<br />
De La Cruz A. 1995. Spesimen Biologi. Terjemahan D. Suryanto. HEDS <br />
Project. Jakarta. <br />
De La Cruz A. 1995. Kompendium Silabus. Terjemahan. D. Suryanto. HEDS <br />
Project. Jakarta. <br />
De la Cruz A, Suryanto D. 1995. Penuntun Praktikum Biologi Umum. <br />
Penyunting HM Eidman. HEDS-USAID. <br />
Suryanto D. 1995. Biologi Evolusi. PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
Munir E, Suryanto D. 1996. Penuntun Praktikum Biologi Umum. <br />
Laboratorium Biologi Dasar. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
Munir E, Suryanto D. 1996. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. <br />
Laboratorium Mikrobiologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
Suryanto D. 2004. Biokimia (Lemak, Asam Nukleat, dan Vitamin). PS <br />
Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
Suryanto D. 2004. Pengantar Bioteknologi. PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. <br />
Medan. <br />
Suryanto D, Munir E. 2004. Mikrobiologi. Departemen Biologi. Fakultas <br />
MIPA. USU. Medan. <br />
Yurnaliza, Suryanto D. 2006. Mikrobiologi Lingkungan. Departemen Biologi. <br />
Fakultas MIPA. USU. Medan. <br />
<br />
<br />
KARYA TULIS LAIN <br />
<br />
Suryanto D. Insektisida Bukan Senjata Pamungkas. Harian Mimbar Umum. <br />
20 Agustus 1988. <br />
Suryanto D. Pendidikan Biologi Sekarang, Suatu Pemikiran. Harian Mimbar <br />
Umum. 7 September 1988. <br />
Suryanto D. Insektisida dan Populasi Serangga. Warta Universitaria. <br />
Universitas Medan Area. November 1989. Prospek Keanekaragaman Hayati Mikroba <br />
(Microbial Bioprospecting) Sumatera Utara <br />
Suryanto D. Pusat Penelitian Bioteknologi Di USU, Mungkinkan?. Suara USU. <br />
Mei 2002. <br />
Suryanto D. Mengenal Lebih Dekat Transgenik. Harian Waspada. 5 Juni <br />
2002. <br />
Suryanto D. Penelitian Kita Dalam Angka. Suara USU. September 2006. <br />
<br />
<br />
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT <br />
<br />
Penyuluhan Tentang Kemungkinan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui <br />
Pengembangan Tanaman Sayur-sayuran/Palawija di Desa Ladang <br />
Bambu. 1994. Proyek OPF. (Anggota). <br />
Perbaikan Mutu Tempe Melalui Perbaikan Pengolahan di Kelurahan Ladang <br />
Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. 1994. Proyek OPF. <br />
(Koordinator). <br />
Upaya Pengendalian Eceng Gondok (Eichhornia crassipess) Melalui <br />
Pemanfaatannya Sebagai Hijauan Pakan Ternak Olahan dan Kompos. <br />
1995. Proyek OPF. (Anggota). <br />
Penyuluhan Tumbuhan Obat yang Digunakan Sebagai Obat Dalam <br />
Campuran Jamu Serta Budi Dayanya di Desa Ladang Bambu <br />
Kecamatan Medan Tuntungan. (Anggota). <br />
Pembudidayaan Lebah Madu (Apis sp.) di Desa Padang Halaban Kecamatan <br />
Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu. 1996. Dana Mandiri. (Anggota). <br />
Pemanfaatan Pekarangan Dengan Menanam Sledri Sistim Kotak Bedengan <br />
di Desa Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. 1996. Proyek <br />
OPF. (Anggota). <br />
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Benih Tanaman Hortikultura. <br />
1996. Program Vucer. Dikti. (Anggota). <br />
Pemberian Nama Tumbuh-tumbuhan di Lingkungan Universitas Sumatera <br />
Utara. 1998. Lustrum II Biologi Fakultas MIPA USU. (Anggota). <br />
Peningkatan Pengetahuan Siswa-siswi SMU Harapan Medan Dalam Mata <br />
Pelajaran Biologi dan Kimia Sebagai Ilmu Dasar Serta Pengenalan <br />
Dini Matematika Dalam Bidang Teknik. 2002. Dana Mandiri. <br />
(Anggota). <br />
Peningkatan Pengetahuan Siswa-siswi SMU Yayasan Perguruan Pangeran <br />
Antasari Dalam Pelajaran Biologi dan Fisika Sebagai Ilmu Dasar. <br />
2002. Dana Mandiri. (Anggota). <br />
Penyuluhan dan Lokakarya Pengajaran Mikrobiologi Modern dan <br />
Bioteknologi untuk Guru-guru SMU Se Sumatera Utara. 2003. RCMD <br />
IPB-Monsanto. (Koordinator). <br />
Universitas Sumatera Utara <br />
<br />
<br />
<br />
Peningkatan Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah Pesantren Modern Al <br />
Kausar, Kodya Medan Melalui Daur Ulang Kertas Menjadi Kertas Seni. <br />
2003. Dana Mandiri. (Anggota). <br />
Pelatihan Teknis Pengujian Mikrobiologi. 2003. DMR. FMIPA USU. (Anggota). <br />
Penghijauan Zona Penyangga Kawasan Ekosistem Leuser Dusun Perteguhan <br />
Desa Telagah Kabupaten Langkat. 2004. DMR. FMIPA USU. <br />
(Anggota). <br />
Pelatihan Guru SMU Se Kodya Medan Dalam Pembuatan Preparat <br />
Mikroskopis Awetan Sel dan Kromosom. 2007. Program IPTEK. <br />
(Anggota). <br />
Pembelajaran Singkat Tentang Bioteknologi dan Aplikasinya Secara <br />
Sederhana. 2008. DMR. FMIPA USU. (Anggota). <br />
Penanaman Mangrove untuk Rehabilitasi Pantai di Kelurahan Belawan <br />
Sicanang Kecamatan Medan Belawan. 2009. Dana Mandiri. <br />
(Anggota). <br />
<br />
<br />
PEMBINAAN KEMAHASISWAAN <br />
<br />
2002-sekarang Dosen Pembina Microbiology Study Club. Departemen <br />
Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan. <br />
2002-sekarang Dosen Penasehat Bengkel Fotografi Sains. Departemen <br />
Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan. <br />
2006 Peserta Pelatihan Pelatih (TOT) Pembimbing Penalaran <br />
Mahasiswa. Unimed Medan. <br />
2006-2009 Tim Juri Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat USU. <br />
Medan. <br />
2006-2007 Anggota Bidang Pembinaan Kemahasiswaan. Unit Bantuan <br />
Kemanusiaan Sahiva. USU. Medan. <br />
2007 Juri Lomba/Pembicara. Pekan Ilmiah Mahasiswa. BEM-<br />
PEMA. FK USU. Medan. <br />
2007 Peserta Pelatihan Pelatih (TOT) Penyusunan Proposal <br />
Program Kreativitas Mahasiswa. DIKTI. Jakarta. <br />
2007 Tim Juri Seleksi Mahasiswa Calon Penerima Beasiswa <br />
Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina (YKPP). USU. <br />
Medan. <br />
2007 Advisor Tim USU Society for Debate dalam Debat Bahasa <br />
Inggris di UNP Padang. <br />
2007-2008 Tim Juri Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tingkat USU. <br />
Medan. <br />
2008-sekarang Koordinator Bidang Minat dan Pengembangan Kreatifitas <br />
Ilmiah. Unit Bina Ko-kurikuler Sahiva. USU. Medan. Prospek Keanekaragaman Hayati Mikroba <br />
(Microbial Bioprospecting) Sumatera Utara <br />
2008 Tim Juri Lomba Ilmiah dalam Temu Ilmiah Nasional 2008 <br />
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia. FK USU. <br />
2008 Dosen Penasehat Mahasiswa dalam Pekan Ilmiah <br />
Mahasiswa Nasional ke-21 di UNISSULA. Semarang. <br />
2008 Dosen Pembimbing ICT Paper Contest (Catherine. How to <br />
minimize the digital divide in Indonesia. Juara 2 Nasional <br />
Gemastik 2008 Bandung). <br />
2008 Dosen Pendamping PKMP (Suwanto, Sidik U, Amelia RB, <br />
Pulungan PW. Optimasi piranti penangkap aseton untuk <br />
mendeteksi diabetes melitus). <br />
2008-sekarang Dosen Pembina Inkubator Sains (Inkubs) USU. <br />
2009 Anggota Tim Klinik Bisnis dan Mentoring. Student <br />
Enterpreneurship Center USU. <br />
2009 Manajer Tim Seminar Mahasiswa USU dalam IMT-GT <br />
Varsity Carnival di UniMAP. Perlis. Malaysia. <br />
2009 Reviewer/Penilai Proposal Hibah Kreativitas dan Inovasi <br />
Mahasiswa, dan Hibah Proposal Penelitian Tugas <br />
Akhir/Skripsi. USU. Medan. <br />
2009 Dosen Pendamping PKMP (Batubara UM, Saputra B, <br />
Susanti D, Inprayoma N. Substitusi protein pakan ikan dari <br />
protein sel tunggal bakteri fotosintetik anoksigenik <br />
menggunakan limbah tepung tapioka). <br />
2009 Dosen Pendamping PKMK (Alfin Y, Febriani M, Irza <br />
Syukraini. Kerupuk serat: Makanan ringan sehat <br />
alternatif). Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-22 di <br />
Universitas Brawijaya. Malang. <br />
2009 Reviewer/Penilai Proposal Business Plan Mahasiswa USU <br />
2009 <br />
2009 Ketua Panitia Tebar Pesona dan Kreativitas Mahasiswa <br />
ke-3. Dies Natalis ke-57. USU. Medan. <br />
<br />
<br />
PROFESI <br />
<br />
- Anggota Entomological Society of America. 1991-1994. <br />
- Anggota Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Bogor. 1998-2000. <br />
- Anggota Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Medan. 2001-<br />
sekarang. <br />
- Ketua Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Medan. 2004-2008. <br />
- Wakil Ketua I Perhimpunan Anggrek Indonesia Cabang Medan. 2007-<br />
sekarang. <br />
<br />
<br />
PENGHARGAAN/BEASISWA <br />
<br />
- Beasiswa Yayasan Pendidikan Bangka PT Timah untuk pendidikan S1 di <br />
UGM. Yogyakarta. 1983-1987. <br />
- Beasiswa USAID untuk pendidikan S2 di Michigan State University. <br />
Amerika Serikat. 1990-1993. <br />
- Beasiswa TMPD/BPPS untuk pendidikan S3 di IPB. Bogor. 1996-2000. <br />
- Dana Penelitian S3. PT Timah Bangka dan RCMD Fakultas MIPA. IPB. <br />
Bogor. 2000-2001. <br />
- Dosen Berprestasi I. Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. 2007. <br />
- Dosen Berprestasi I. Universitas Sumatera Utara. 2007. <br />
- Best Student Advisor 2008. Universitas Sumatera Utara. 2009. <br />
<br />
<br />
LAIN-LAIN <br />
<br />
- Reviewer/Mitra Bestari Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Naskah No. 278. <br />
(Volume 11. 2007). <br />
- Reviewer/Mitra Bestari Microbiology Indonesia. (Jurnal Internasional eks. <br />
Jurnal Mikrobiologi Indonesia). Article #354.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-792499916618492654.post-66531362217285424132011-03-08T12:12:00.001+07:002011-04-07T10:46:25.760+07:00<b>RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)</b><br />
NAMA SEKOLAH : MAS PROYEK UNIVA MEDAN<br />
Mata pelajaran : BIOLOGI<br />
Kelas/semester : XI IPA/ genap<br />
Pertemuan : 4 x pertemuan<br />
Alokasi waktu : 8 x 45 menit<br />
<br />
<b>STANDARD KOMPETENSI: </b> 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin serta implikasinya pada salingtemas.<br />
<br />
<b>KOMPETENSI DASAR</b>: 3.3 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan (misalnya ruminansia).<br />
<br />
<a name='more'></a> <b>INDIKATOR:</b><br />
1.Menentukan kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan dengan menggunakan uji makanan sederhana<br />
2.Mengidentifikasi zat-zat yang terdapat dalam bahan makanan dan fungsinya bagi tubuh<br />
3.Menghubungkan struktur dan fungsi organ-organ dalam sistem pencernaan makanan manusia.<br />
4.Menjelaskan proses pencernaan makanan yang terjadi pada hewan ruminansia dengan menggunakan gambar<br />
5.Membandingkan struktur dan fungsi sistem pencernaan pada hewan vertebrata.<br />
6.Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang gangguan/penyakit yang terdapat dalam sistem pencernaan makanan.<br />
<b><br />
</b><br />
<b>I.TUJUAN PEMBELAJARAN: </b><br />
Menjelaskan berbagai struktur dan fungsi organ-organ pencernaan manusia, Menjelaskan proses pencernaan makanan yang terjadi pada hewan ruminansia serta mendeskripsikan kemungkinan penyakit yang terjadi pada sistem pencernaan manusia.<br />
<br />
<b>II. MATERI AJAR</b><br />
•Zat gizi dan fungsinya bagi manusia<br />
•Cara menguji kandungan zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan<br />
•Organ-organ pada sistem pencernaan makanan manusia meliputi : Saluran pencernaan : mulut, kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar. Kelenjar Pencernaan meliputi : lambung, hati, pankreas, kelenjar usus.<br />
•Proses pencernaan yang terjadi dalam sistem pencernaan makanan manusia<br />
•Sistem pencernaan pada hewan vertebrata terutama sistem pencernaan hewan ruminansia<br />
•Berbagai gangguan dan penyakit yang terjadi dalam sistem pencernaan makanan manusia.<br />
<br />
<b>III. METODE PEMBELAJARAN</b><br />
•Ceramah<br />
•Tanya jawab<br />
•Demonstrasi (praktikum)<br />
•Penugasan<br />
•Kajian Pustaka<br />
<b><br />
</b><br />
<b>IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN</b><br />
PERTEMUAN I<br />
A.Kegiatan Awal (15 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengenalkan diri<br />
•Guru mengabsen siswa sambil mengenali masing-masing siswa<br />
•Melaksanakan pretest untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi baru<br />
<br />
B.Kegiatan Inti (65 Menit)<br />
•Masing-masing siswa menyiapkan buku pelajaran dan membuka buku paket bab VI tentang sistem pencernaan<br />
•Guru memberikan pertanyaan tentang makna makanan, zat makanan dan sistem pencernaan makanan <br />
•Siswa menjawab pertanyaan dari guru secara lisan<br />
•Guru dan siswa menjawab pertanyaan dari pretes<br />
•Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi zat-zat yang terdapat dalam bahan makanan dan fungsinya bagi tubuh<br />
•Guru menjelaskan bahwa bahan makanan dapat diuji kandungan gizi nya dengan kegiatan 6.1 tes bahan makanan.<br />
•Guru membagi kelompok praktikum untuk tes bahan makanan.<br />
<br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (10 Menit)<br />
•Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang zat makanan beserta fungsi nya bagi tubuh<br />
•Guru memotivasi siswa untuk membaca ulang dirumah prosedur praktikum tes bahan makanan<br />
•Guru mengingatkan siswa agar membawa bahan makanan yang akan diujikan pada pertemuan berikutnya<br />
<br />
PERTEMUAN 2<br />
A.Kegiatan Awal (15 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengabsen siswa<br />
•Apersepsi<br />
•Motivasi<br />
<br />
B.Kegiatan Inti (65Menit)<br />
•Guru mendemonstrasikan pengujian bahan makanan dengan biuret, lugol, fehling A dan B dan kertas koran untuk melihat reaksi positif yang dihasilkan<br />
•Siswa memperhatikan serta melakukan praktek tentang uji makanan dari bahan makanan yang dibawa<br />
•Siswa mengamati dan mencatat hasil perubahan warna yang terjadi dari masing-masing bahan makanan yang berbeda pada table pengamatan<br />
•Siswa mencatat hasil pengujian bahan makanan kemudian menyimpulkan kandungan zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan tersebut.<br />
•Guru melaksanakan penilaian seputar praktikum<br />
•Siswa mengembalikan alat dan bahan yang digunakan untuk membersihkan meja kerja<br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (10 Menit)<br />
•Guru memberikan pertanyaan seputar praktikum uji makanan<br />
•Siswa bersama guru menyimpulkan prinsip pengujian makanan<br />
•Siswa mengumpulkan laporan hasil praktikum<br />
<br />
PERTEMUAN 3<br />
A.Kegiatan Awal (15 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengabsensi siswa<br />
•Apersepsi<br />
•Melaksanakan pretest<br />
B.Kegiatan Inti (60 Menit)<br />
•Guru menggambarkan atau menempelkan charta sistem pencernaan di papan tulis dan mempertanyakan sistem pencernaan secara umum<br />
•Guru memberi penjelasan struktur dan fungsi organ-organ sistem pencernaan manusia dan ruminansia beserta proses nya<br />
•Guru memberi pertanyaan seputar penyakit dan gangguan pada sistem pencernaan <br />
•Siswa menjawab pertanyaan dan menyebutkan satu persatu penyakit dan gangguan sistem pencernaan <br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (15 Menit)<br />
•Guru dan siswa menyimpulkan materi sistem pencernaan <br />
•Guru memberi tugas kelompok<br />
•Kelompok I : mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang bahaya zat adiktif pada makanan bagi kesehatan (dibuat dalam bentuk mading)<br />
•Kelompok II : mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang gangguan atau penyakit yang terdapat dalam sistem pencernaan beserta tindakan pengobatan nya baik secara alami maupun medis (dibuat dalam bentuk klipping)<br />
•Kelompok III : membuat gambar skema sistem pencernaan manusia dan penjelasan prosesnya<br />
•Kelompok IV : membuat gambar skema sistem pencernaan ruminansia dan penjelasan proses yang terjadi serta perbedaan nya pada sistem pencernaan manusia<br />
<br />
PERTEMUAN 4<br />
A.Kegiatan Awal (5 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengabsensi siswa<br />
<br />
B.Kegiatan Inti (80 Menit)<br />
•Guru memberikan kesempatan waktu kepada masing-masing kelompok siswa untuk melanjutkan tugas kelompoknya yang belum selesai<br />
•Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan tugas kelompoknya ke depan kelas disertai dengan tanya jawab diantara siswa<br />
•Guru melaksanakan penilaian terhadap sikap dan kekompakan masing-masing kelompok siswa<br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (5 Menit)<br />
Guru memberikan komentar atas hasil dan kerja kelompok siswa<br />
•Siswa mengumpulkan hasil tugas kelompoknya<br />
•Guru melaksanakan uji kompetensi tertulis pilihan berganda tentang sistem pencernaan<br />
<b><br />
</b><br />
<b>V. ALAT/BAHAN/SUMBER</b><br />
ALAT :<br />
•Charta sistem pencernaan manusia<br />
•Charta sistem pencernaan ruminansia<br />
•Seperangkat alat uji makanan<br />
BAHAN :<br />
•Regen biuret<br />
•Lugol<br />
•Fehling A dan Fehling B<br />
•Kertas koran<br />
•Beberapa bahan makanan : nasi, roti, tempe, tahu, ikan teri, margarin dan susu<br />
SUMBER :<br />
•Oman Karmana, “Biologi SMA XI” Grafindo KTSP 2006<br />
•Buku Paket Biologi Penerbit Sinergi <br />
•LKS<br />
<b><br />
</b><br />
<b>VI. PENILAIAN</b><br />
•Laporan hasil praktikum uji makanan → ranah kognitif<br />
•Sikap dan ketrampilan siswa selama praktikum → ranah afektif dan psikomotorik<br />
•Uji kompetensi tertulis → ranah kognitif<br />
Klipping tentang gangguan pencernaan, pengobatan dan pencegahan nya<br />
•Mading tentang bahaya zat adiktif pada makanan<br />
Gambar skema sistem pencernaan manusia<br />
•Gambar skema sistem pencernaan ruminansia<br />
<br />
Mengetahui, Medan, Januari 2011<br />
Kepala MAS.Proyek UNIVA Medan Guru pamong Guru PPL<br />
<br />
Sofyan Daulay, S.PdI Ir. Sukamto,S.Pd Ponirah, S.Si<br />
<blockquote></blockquote>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-792499916618492654.post-6950829496407782082011-02-18T15:03:00.003+07:002011-04-07T10:58:33.134+07:00RPP BIOLOGI SMA KELAS XI<b>RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)</b><br />
NAMA SEKOLAH : MAS PROYEK UNIVA MEDAN<br />
Mata pelajaran : BIOLOGI<br />
Kelas/semester : XI IPA/ genap<br />
Pertemuan : 3 x pertemuan<br />
Alokasi waktu : 6 x 45 menit<br />
<br />
<b>STANDARD KOMPETENSI</b> : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang terjadi serta implikasinya pada salingtemas.<br />
KOMPETENSI DASAR : 3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>INDIKATOR:</b><br />
1.Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia<br />
2.Menjelaskan mekanisme pernapasan pada manusia<br />
3.Membandingkan volume dan kapasitas paru-paru.<br />
4.Menjelaskan proses pertukaran gas.<br />
5.Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang gangguan/penyakit yang terdapat dalam sistem pernapasan manusia<br />
6.Mengamati sistem pernapasan pada hewan vertebrata<br />
7.Menghubungkan antara struktur dan fungsi sistem pernapasan pada hewan vertebrata<br />
<br />
<br />
<b>I. TUJUAN PEMBELAJARAN</b> : Siswa dapat mendeskripsikan struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang terjadi pada sistem pernapasan pada manusia serta dapat menjelaskan proses pernapasan pada beberapa hewan <br />
<br />
<b>II. MATERI AJAR</b><br />
•Organ-organ dan fungsinya pada sistem pernapasan manusia meliputi : <br />
1. Hidung,<br />
2. Saluran pernapasan, <br />
3. Paru-paru<br />
•Mekanisme pernapasan yang terjadi dalam sistem pernapasan manusia<br />
•Volume-volume udara yang dipernafaskan<br />
•Mekanisme pertukaran gas pada sistem pernapasan manusia<br />
•Sistem pernapasan pada hewan vertebrata<br />
•Berbagai gangguan atau penyakit yang terjadi dalam sistem pernapasan manusia<br />
<br />
<b>III. METODE PEMBELAJARAN</b><br />
•Studi membaca<br />
•Pengamatan<br />
•Diskusi<br />
•Penugasan<br />
<br />
<b>IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN</b><br />
<br />
PERTEMUAN 5 (2 jam pelajaran)<br />
A.Kegiatan Awal (10 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengabsen siswa<br />
•Melaksanakan pretes untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi baru<br />
<br />
B.Kegiatan Inti (70 Menit)<br />
•Guru memberikan pertanyaan tentang pengertian sistem pernapasan kepada beberapa siswa<br />
•Siswa menjawab pertanyaan guru<br />
•Guru meminta salah seorang siswa memperagakan kegiatan bernapas kemudian mendeskripsikan pengertian bernapas<br />
•Guru menunjukan gambar sistem pernapasan manusia<br />
•Siswa diminta mengidentifikasi organ-organ pada sistem pernapasan manusia dan fungsinya<br />
•Guru meminta seorang siswa memperagakan dengan menggunakan dada, kemudian mendeskripsikan mekanisme pernapasan dada<br />
•Guru meminta siswa lain memperagakan pernapasan perut, kemudian mendeskripsikan mekanisme pernapasan perut<br />
•Guru meminta siswa untuk mengenali berbagai volume pernapasan dan kapasitas paru-paru dan memintanya untuk memperagakannya<br />
•Guru memperagakan mengukur kapasitas paru-paru dengan kegiatan 7.1<br />
•Siswa bersama guru mendiskusikan pertanyaan untuk diskusi<br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (10 Menit)<br />
•Guru dan siswa menyimpulkan struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia, mekanisme pernapasan dada dan perut, dan volume/kapasitas paru-paru<br />
<br />
PERTEMUAN 6 (2 jam pelajaran)<br />
A.Kegiatan Awal (15 Menit)<br />
Guru mengabsen siswa<br />
•Guru memberi salam<br />
•Apersepsi : Guru menanyakan kembali proses pernapasan kepada siswa <br />
•Guru menanyakan penyebab dihasilkannya CO2 padahal yang masuk O2<br />
<br />
B.Kegiatan Inti (65 Menit)<br />
•Guru meminta siswa mempelajari mekanisme pertukaran O2 dan CO2 dari buku<br />
•Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan proses pertukaran gas<br />
•Guru menunjukan contoh gambar-gambar orang yang terkena penyakit/gangguan sistem pernapasan<br />
•Siswa bersama guru mendiskusikan berbagai gangguan/penyakit pada sistem pernapasan manusia<br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (10 Menit)<br />
•Siswa bersama guru mendiskusikan kesimpulan mekanisme pertukaran O2 dan CO2 dan beberapa gangguan/penyakit pada sistem pernapasan manusia<br />
•Guru memotivasi siswa<br />
<br />
PERTEMUAN 7 (2 jam pelajaran)<br />
A.Kegiatan Awal (15 Menit)<br />
•Guru memberi salam<br />
•Guru mengabsen siswa<br />
•Apersepsi <br />
<br />
B.Kegiatan Inti (60 Menit)<br />
•Guru memperlihatkan ikan gembung kepada siswa<br />
•Guru memberikan pertanyaan tentang alat pernapasan ikan <br />
•Guru meminta salah seorang siswa untuk membedah ikan dan mengeluarkan insangnya<br />
•Guru memperlihatkan bentuk insang ikan kepada siswa dan memintanya untuk mengamati<br />
•Guru dan siswa mendiskusikan sistem pernapasan pada beberapa hewan <br />
•Guru meminta siswa membuat tabel perbandingan sistem pernapasan pada hewan <br />
<br />
C.Kegiatan Akhir (15 Menit)<br />
•Siswa bersama guru menyimpulkan sistem pernapasan hewan<br />
•Guru melaksanakan uji kompetensi tertulis<br />
<b><br />
</b><br />
<b>V. ALAT/BAHAN/SUMBER</b><br />
ALAT :<br />
•Charta sistem pernapasan manusia<br />
•LCD<br />
•Seperangkat alat pengukur kapasitas vital paru-paru<br />
BAHAN :<br />
•Ikan gembung (Decapterus kurroides)<br />
SUMBER :<br />
•Oman Karmana, “Biologi SMA XI” Grafindo KTSP 2006<br />
•Buku Paket Biologi Penerbit Sinergi <br />
•LKS<br />
<br />
<b>VI. PENILAIAN</b><br />
•Uji kompetensi tertulis (TERLAMPIR)<br />
<br />
Mengetahui, Medan, Februari 2011<br />
Kepala MAS.Proyek UNIVA Medan Guru Pamong Guru PPL<br />
<br />
<br />
Sofyan Daulay, S.PdI Ir. Sukamto Ponirah,S.SiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-792499916618492654.post-61005707218614441532010-11-29T08:04:00.002+07:002011-04-07T11:03:46.226+07:00All About a VIRUS...<div style="text-align: justify;"><b>A. PENDAHULUAN</b><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ilmu yang mempelajari tentang virus adalah virologi.<b> Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal)</b>, sementara istilah <b>bakteriofag</b> atau fag digunakan untuk <b>jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Hampir semua virus dapat menyebabkan penyakit pada mahluk hidup.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> B. SEJARAH PENEMUAN</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penelitian mengenai virus <b>dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1883, <b>Adolf Mayer</b>, seorang ilmuwan Jerman, <b>menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1892, <b>Dimitri Ivanowsky </b>dari Rusia <b>menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. </b>Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah <b>Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu, pada tahun 1898, <b>Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah <b>Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;"><b>C. CIRI-CIRI VIRUS</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus mernpunyai ciri-ciri vang tidak dimiliki oleh organisme lain. <b>Virus hanya dapat berkembang biak di sel-sel hidup lain</b> (sifat virus parasit obligat) karenanva, Virus dapat dibiakkan pada telur ayam yang berisi embrio hidup. Untuk bereproduksi virus hanya mernerlukan asam nukleat saja. Ciri lainnya, virus tidak dapat bergerak maupun melakukan aktivitas metabolisme sendiri. Selain itu virus tidak dapat membelah diri. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Struktur Virus</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Virus berukuran amat kecil , jauh lebih kecil dari bakteri, yakni berkisar antara 20 mµ - 300mµ (1 mikron = 1000 milimikron). untuk mengamatinya diperlukan mikroskop elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 X.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. Virus umumnya berupa semacam hablur (kristal) dan bentuknya sangat bervariasi. Ada yang berbentuk oval , memanjang, silindris, kotak dan kebanyakan berbentuk seperti kecebong dengan "kepala" oval dan "ekor" silindris.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5. Tubuh virus terdiri atas: kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor. Gambar dan Penjelasannya sebagai berikut:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://www.google.co.id/imglanding?q=tubuh+virus&um=1&hl=id&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1360&bih=622&tbs=isch:1&tbnid=VWD2fZar9ITAMM:&imgrefurl=http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/virus.html&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyQ4ky7jbs22U67x15f1MzBaqnAAv8pYIlnf3zla4vft3Ul0w-0XQy3UbATDfA5oeCkidEU4LXWKjMcFyz8Jgx-zCxW5iIaDtXer9_KTuVXBKr8pNQoynEqOtAR1QLIIMSrVcpzvb2tPc/s320/bacteriofage.bmp&zoom=1&w=320&h=277&iact=hc&ei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&oei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&esq=1&page=1&tbnh=150&tbnw=173&start=0&ndsp=18&ved=1t:429,r:7,s:0" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyQ4ky7jbs22U67x15f1MzBaqnAAv8pYIlnf3zla4vft3Ul0w-0XQy3UbATDfA5oeCkidEU4LXWKjMcFyz8Jgx-zCxW5iIaDtXer9_KTuVXBKr8pNQoynEqOtAR1QLIIMSrVcpzvb2tPc/s320/bacteriofage.bmp&zoom=1&w=320&h=277&iact=hc&ei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&oei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&esq=1&page=1&tbnh=150&tbnw=173&start=0&ndsp=18&ved=1t:429,r:7,s:0" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://www.google.co.id/imglanding?q=tubuh+virus&um=1&hl=id&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1360&bih=622&tbs=isch:1&tbnid=AuW7QvhrMcpxBM:&imgrefurl=http://liadina.wordpress.com/&imgurl=http://liadina.files.wordpress.com/2009/07/struktur-virus.jpg%253Fw%253D381%2526h%253D272&zoom=1&w=381&h=272&iact=hc&ei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&oei=lNTyTPKDF5D6swPv69CZDA&esq=1&page=1&tbnh=143&tbnw=200&start=0&ndsp=18&ved=1t:429,r:6,s:0" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">a) Kepala</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">b) Kapsid</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kapsid adalah selubung yang berupa protein, Kapsid terdiri atas bagian - bagian yang disebut kapsomer, misalnya,kapsid pada TMV dapat terdiri atas satu rantai polipeptida yang tersusun atas 2.100 kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri dari protein - protein monomer identik, yang masing - masing terdiri dari rantai polipeptida.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">c) Isi tubuh</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">isi tubuh yang kering disebut virion adalah bahan genetik yakni asam nukleat (DNA atau RNA), contohnya sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1) Virus yang isi tubuhnya RNA dan bentuknya menyerupai kubus antara lain, virus polyomyelitis, virus radang mulut dan kuku, dan virus influenza.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2) Virus yang isi tubuhnya RNA, protein, lipida, dan polisakarida, contohnya para mixovirus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3) Virus yang isi tubuhnya terdiri atas RNA, protein dan banyak lipida, contohnya virus cacar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">d) Ekor</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ekor virus merupakan alat penancap ketubuh organisme yang diserangnya. Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang / serabut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">pada virus dijumpai asam nukleat yang diselubungi kapsid , disebut nukleokapsid , ada dua macam :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">a) Nukleokapsid yang telanjang, misalnya TMV, Adenovirus, dan virus kutil (warzer virus).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">b) Nukleokapsid yang diselubungi suatu membran pembungkus, misalnya pada virus influenza dan virus herpes.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>D. PARASITISME VIRUS</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan diselubungi oleh endositosis atau, jika terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang dan melepaskan inti nukleoproteinnya ke dalam sel. Beberapa virus (misalnya virus polio), mempunyai tempat-tempat reseptor yang khas pada sel inangnya, yang memungkinkannya masuk. Setelah di dalam, biasanya genom tersebut mula-mula ditrskripsi oleh enzim inang tetapi kemudian biasanya enzim yang tersandi oleh virus akan mengambil alih. Sintesis sel inang biasanya berhenti, genom virus bereplikasi dan kapsomer disintesis sebelum menjadi virion dewasa. Virus biasanya mengkode suatu enzim yang diproduksi terakhir, merobek plasma membran inang (tahap lisis) dan melepaskan keturunan infektif; atau dapat pula genom virus terintegrasi ke dalam kromsom inang dan bereplikasi bersamanya (provirus). Banyak genom eukariota mempunyai komponen provirus. Kadang-kadang hal ini mengakibatkan transformasi neoplastik sel melalui sintesis protein biasanya hanya diproduksi selama penggandaan virus. Virus tumor DNA mencakup adenovirus dan papavavirus; virus tumor DNA terbungkus dan mencakup beberapa retrovirus (contohnya virus sarkoma rous).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>E. REPRODUKSI VIRUS</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu <b>siklus litik dan siklus lisogenik</b> <b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> Proses-proses pada siklus litik</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Siklus litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama karena menyangkut penghancuran sel inangnya. Siklus litik, secara umum mempunyai tiga tahap yaitu adsorbsi & penetrasi, replikasi (biosintesis) dan lisis. Setiap siklus litik dalam prosesnya membutuhkan waktu dari 10-60 menit<b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cb/Phage_Reproduction_Cycle.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><b>Tahapan siklus</b></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cb/Phage_Reproduction_Cycle.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="257" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cb/Phage_Reproduction_Cycle.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gambar siklus litik (dimulai dari kanan bawah ke kiri):</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxeKrf4RIRTYvhsi7a1dsCQpg9vkfekKbeO2zrtmUoBko-m2CvqQOlb-jR7z-9XGTH9O93YdoWkcX9Ld32GpU65xTIqBdfjBXzkYLBdE9yh-kJ032StgedazRzUH-NoWyxbxTbT8A-kC4/s1600-h/replikasi+virus.jpg" imageanchor="1"></a></div><div style="text-align: justify;"> 1. Adsorbsi & penetrasi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tahap adsorbsi yaitu penempelan virus pada inang. Virus mempunyai reseptor protein untuk menempel pada inang spesifik</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Replikasi (biosintesis)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah menempel, virus kemudian melubangi membran sel inang dengan enzim lisozim. Setelah berlubang, virus akan menyuntikkan DNA virusnya kedalam sitoplasma sel inang untuk selanjutnya bergabung dengan DNA sel inang tersebut..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, kapsid dibuat dari protein sel inang dan berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Lisis</div><div style="text-align: justify;">Tahap lisis terjadi ketika virus-virus yang dibuat dalam sel telah matang. Ratusan virus-virus kemudian akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom yang menghancurkan membran sel dan menyediakan jalan keluar untuk virus-virus baru. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati dan virus-virus yang bebas akan menginvasi sel-sel lain dan siklus akan berulang kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Proses-proses pada siklus lisogenik</b></div><div style="text-align: justify;"> Tahapan dari siklus hampir sama dengan siklus litik, perbedaannya yaitu sel inangnya tidak hancur (mati) tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus (dimana materi genetik virus dan sel inang bergabung).</div><div style="text-align: justify;">Siklus lisogenik secara umum mempunyai tiga tahap, yaitu adsorpsi dan penetrasi, penyisipan gen virus dan pembelahan sel inang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><u><b> Tahap siklus</b></u></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> 1.Adsorpsi dan penetrasi</div><div style="text-align: justify;">Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang spesifik lalu menghancurkan membran sel dengan enzim lisozim, virus melakukan penetrasi pada sel inang dengan menyuntikkan materi genetik yang terdapat pada asam nukleatnya kedalam sel.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2.Penyisipan gen virus</div><div style="text-align: justify;">Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian akan menyisip kedalam asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut kemudian akan membentuk provirus (pada bakteriofage disebut profage). Sebelum terjadi pembelahan sel, kromosom dan provirus akan bereplikasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3.Pembelahan sel inang</div><div style="text-align: justify;">Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang telah bereplikasi akan diberikan kepada sel anakan dan siklus inipun akan kembali berulang sehingga sel yang memiliki profage menjadi sangat banyak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Hubungan dengan siklus litik</b></div><div style="text-align: justify;">Provirus yang baru dapat memasuki keadaan Litik dalam kondisi lingkungan yang tepat tetapi kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan akan bertambah besar apabila diberi agen penginduksi. Hal ini disebabkan karena sel bakteri atau sel inang yang lainnya memiliki pertahanan tubuh yang kuat sehingga sulit bagi virus untuk menghancurkannya lebih cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>F. KLASIFIKASI VIRUS</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1.Sistem Taksonomi Virus Universal</b></div><div style="text-align: justify;">Struktur Taksonomi secara umum adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ordo : virales</div><div style="text-align: justify;">Family : viridae</div><div style="text-align: justify;">Subfamily : virinae</div><div style="text-align: justify;">Genus : virus</div><div style="text-align: justify;">Species : virus</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di dalam setiap famili, subdivisi disebut genera yang biasanya berdasarkan pada perbedaan serologi dan fisikokimia. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genera bervariasi dari famili ke famili. Nama genus mempunyai akhiran –virus. Pada 4 famili (Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae, Paramyxoviridae), kelompok besar yang disebut sub famili didefinisikan dengan mempertimbangkan kompleksitas hubungan di antara anggota virus. Jenis – jenis virus digunakan untuk mengelompokkan famili virus yang memiliki karakter yang umum. Hanya 1 jenis saat ini yang telah didefinisikan, yaitu Famili Mononegavirales, meliputi famili Filoviridae, Paramyxoviridae, dan Rhabdoviridae,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sejak tahun 1995, The International Committee on Taxonomy of Viruses telah mengumpulkan lebih dari 4000 virus binatang dan tumbuhan menjadi 71 famili, 11 subfamili, dan 164 genera, tetapi masih ada ratusan virus yang masih belum ditemukan, 24 famili virus diantaranya dapat menginfeksi manusia dan binatang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2.Dasar Klasifikasi Virus</b></div><div style="text-align: justify;">Menurut Lwoff, dkk (1966) dalam Syahrurachman, dkk (1994) dalam klasifikasi virus digunakan kriteria sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">1.Jenis asam nukleat, RNA atau DNA</div><div style="text-align: justify;">2.Simetri kapsid</div><div style="text-align: justify;">3.Ada – tidaknya selubung</div><div style="text-align: justify;">4.Banyaknya kapsomer untuk virus ikosahedral atau diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan menurut Jawetz, dkk (1992) dalam Darkuni (2001) sifat dasar yang digunakan dalam klasifikasi virus adalah :</div><div style="text-align: justify;">1.Jenis asam nukleat, DNA atau RNA; beruntai tunggal atau ganda</div><div style="text-align: justify;">2.Ukuran dan morfologi, termasuk tipe simetris, jumlah kapsomer dan dan adanya selaput (envelope)</div><div style="text-align: justify;">3.Adanya enzim-enzim spesifik terutama polimerase RNA dan DNA yang penting dalam proses replikasi gen, dan neurominidase yang penting untuk pelepasan partikel virus tertentu (misal influenza) dari sel-sel yang membentuknya</div><div style="text-align: justify;">4.Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik, terutama eter</div><div style="text-align: justify;">5.Sifat-sifat imunologik</div><div style="text-align: justify;">6.Cara-cara penyebaran alamiah</div><div style="text-align: justify;">7.Patologi</div><div style="text-align: justify;">8.Gejala-gejala yang ditimbulkannya</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">B<b>erikut </b><b>uraian</b><b> Beberapa Klasifikasi Virus</b><b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan Asam Nukleatnya </b>Virus dibedakan menjadi:</div><div style="text-align: justify;">1.Virus DNA, contohnya: Poxvirus, Hepesviruses, Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses</div><div style="text-align: justify;">2.Virus RNA, contohnya: Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Picornaviruses, Togaviruses, Reoviruses, Retroviruses</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan Bentuk Dasarnya</b>, Virus dibedakan menjadi:</div><div style="text-align: justify;">1.Virus bentuk Ikosahedral. Bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, dengan sumbu rotasi ganda, contohnya virus polio dan adenovirus.</div><div style="text-align: justify;">2.Virus bentuk Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer, misalnya virus influenza, TMV.</div><div style="text-align: justify;">3.Virus bentuk Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya. Contoh virus pox (virus cacar) yang mempunyai selubung yang menyelubungi asam nukelat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan jumlah kapsomernya,</b> virus dibedakan menjadi:</div><div style="text-align: justify;">1.Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus</div><div style="text-align: justify;">2.Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus</div><div style="text-align: justify;">3.Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus</div><div style="text-align: justify;">4.Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus</div><div style="text-align: justify;">5.Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan sel Inangnya</b>, virus dibedakan menjadi:</div><div style="text-align: justify;">1.Virus yang menyerang manusia, contoh HIV</div><div style="text-align: justify;">2.Virus yang menyerang hewan, contoh rabies</div><div style="text-align: justify;">3.Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV</div><div style="text-align: justify;">4.Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan Tempat Hidupnya</b></div><div style="text-align: justify;">a. Virus bakteri (bakteriofage)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning/images/BABIII_clip_image001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="186" src="http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning/images/BABIII_clip_image001.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan menyerbu bakteri. Dibandingkan dengan kebanyakan virus, ia sangat kompleks dan mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembawa gen yang diperlukan untuk menghimpun salinan-salinan virus di dalam sel hidup.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus bakteriofage mula-mula ditemukan oleh ilmuwan Prancis, D'Herelle.</div><div style="text-align: justify;">Bentuk luar terdiri atas kepala yang berbentuk heksagonal, leher, dan ekor. Bagian dalam kepala mengandung dua pilinan DNA. Bagian leher berfungsi menghubungkan bagian kepala dan ekor. Bagian ekor berfungsi untuk memasukkan DNA virus ke dalam sel inangnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">b. Virus tumbuhan</div><div style="text-align: justify;">Virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit pada tumbuhan: Tobacco Mozaic Virus (TMV) dan Beet Yellow Virus (BYV).</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://www.apsnet.org/publications/apsnetfeatures/Article%20Images/Tobacco_Fig01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="http://www.apsnet.org/publications/apsnetfeatures/Article%20Images/Tobacco_Fig01.jpg" width="200" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://www.brooklyn.cuny.edu/bc/ahp/LAD/C4b/graphics/C4b_TMV.GIF" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.brooklyn.cuny.edu/bc/ahp/LAD/C4b/graphics/C4b_TMV.GIF" width="133" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Gambar. Tobbaco Mozaic Virus pada daun Tembakau</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">c. Virus hewan</div><div style="text-align: justify;">Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza<b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus :</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">a. Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)</div><div style="text-align: justify;">Virus ini memiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh membran.Membran terdiri dari dua lipid dan protein, (biasanya glikoprotein).Membran ini berfungsi sebagai struktur yang pertama tama berinteraksi.</div><div style="text-align: justify;">Contoh: Herpesvirus, Corronavirus, dan Orthomuxovirus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">b. Virus yang tidak memiliki selubung</div><div style="text-align: justify;">Hanya memiliki capsid (protein) dan asam nukleat (naked virus).</div><div style="text-align: justify;">Contoh: Reovirus, Papovirus, dan Adenovirus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>G. PERANAN VIRUS DALAM KEHIDUPAN</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh) disebut vaksin. Contohnya pembuatan vaksin polio, rabies, hepatitis B, influenza, cacar, dan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk cacar gondong, dan campak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada umumnya virus bersifat rnerugikan. Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus dapat menginfeksi tumbuhan, hewan, dan manusia sehingga menimbulkan penyakit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>a. Penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh virus</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Mosaik, penyakit yang menyebabkan bercak kuning pada daun tumbuhan</div><div style="text-align: justify;">seperti tembakau, kacang kedelai, tomat kentang dan beberapa jenis labu.</div><div style="text-align: justify;">Penyakit ini disebabkan oleh Tobacco Mozaic Virus (TMV). Mentimun</div><div style="text-align: justify;">(Cucumber Mozaic), buncis (Bean cane mozaic dan Bean mozaic), gandum</div><div style="text-align: justify;">(Wheat mozaic), tebu (Sugar cane mozaic). Virus TMV pada tanaman</div><div style="text-align: justify;">ditularkan secara mekanis atau melalui benih. Virus ini belum diketahui dapat</div><div style="text-align: justify;">ditularkan melalui vektor (serangga penular). Virus dapat bertahan dan bersifat</div><div style="text-align: justify;">infektif selama beberapa tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah</div><div style="text-align: justify;">ditularkan dari benih ke pembibitan pada saat pengelolaan tanaman secara</div><div style="text-align: justify;">mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke pertanaman. Gejala Serangan</div><div style="text-align: justify;">daun tanaman yang terserang menjadi berwarna belang hijau muda sampai</div><div style="text-align: justify;">hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun</div><div style="text-align: justify;">normal. Jika menyerang tanaman muda, pertumbuhan tanaman terhambat dan</div><div style="text-align: justify;">akhirnya kerdil.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Yellows, penyakit yang menyerang tumbuhan aster.</div><div style="text-align: justify;">3. Daun menggulung, terjadi pada tembakau, kapas, dan lobak yang diserang</div><div style="text-align: justify;">virus TYMV.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. Penyakit tungro (virus Tungro) pada tanaman padi. Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5. Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk (virus citrus vein phloem</div><div style="text-align: justify;">degeneration (CVPD). Virus ini dengan begitu cepat menyebar ditularkan</div><div style="text-align: justify;">serangga vektor Diaphorina Citri Kuwayana (Homoptera Psyllidae) atau</div><div style="text-align: justify;">masyarakat umum menyebutnya kutu loncat atau kutu putih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>b. Penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama</div><div style="text-align: justify;">ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Ayam yang</div><div style="text-align: justify;">terjangkit penyakit ini harus dimusnahkan karena dapat bertindak sebagai</div><div style="text-align: justify;">sumber pencemaran dan penular.diikuti oleh gangguan syaraf serta diare.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan</div><div style="text-align: justify;">kerbau. penyakit kuku dan mulut merupakan suatu penyakit yang disebabkan</div><div style="text-align: justify;">oleh virus yang mudah menyerang hewan ternak berkuku belah diantaranya</div><div style="text-align: justify;">sapi, kerbau, domba, kambing, dan babi. Penyebaran penyakit itu dapat</div><div style="text-align: justify;">disebabkan oleh beberapa hal diantaranya virus yang terbawa oleh angin,</div><div style="text-align: justify;">persinggungan badan dengan hewan ternak yang sudah terinveksi,</div><div style="text-align: justify;">bercampurnya hewan ternak dalam angkutan truk, serta pakan ternak yang</div><div style="text-align: justify;">mengandung virus. Penyakit kuku dan mulut mengakibatkan sariawan yang</div><div style="text-align: justify;">mengganggu kuku dan mulut sehingga ternak tidak nafsu makan selama</div><div style="text-align: justify;">hampir dua minggu, hingga berangsur kurus dan akhirnya mati.</div><div style="text-align: justify;">3. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan</div><div style="text-align: justify;">monyet. Penyebabnya adalah Rhabdovirus. Penyakit anjing gila (rabies)</div><div style="text-align: justify;">adalah suatu penyakit menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat,</div><div style="text-align: justify;">disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang</div><div style="text-align: justify;">semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan</div><div style="text-align: justify;">mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis</div><div style="text-align: justify;">penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian.</div><div style="text-align: justify;">5. Polyoma, penyebab tumor pada hewan.</div><div style="text-align: justify;">6. Adenovirus, penyebab tumor pada hewan tertentu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>c. Penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus</b></div><div style="text-align: justify;">1. lnfluenza</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0bUb3Z82uyimsaToWc4bLs3WyAYZXT3PajBF-pGZ39INbM9KhQ1sVxkhynJ6IyVzmb7Z6wukVk1ih0YGnQXWGw14E4XAOQqMVvb1AvhTj35SNub83sBvd_VBf8vHgThhc3k83di1JzBA/s320/flu-virus.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0bUb3Z82uyimsaToWc4bLs3WyAYZXT3PajBF-pGZ39INbM9KhQ1sVxkhynJ6IyVzmb7Z6wukVk1ih0YGnQXWGw14E4XAOQqMVvb1AvhTj35SNub83sBvd_VBf8vHgThhc3k83di1JzBA/s200/flu-virus.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penyebab influenza adalah virus orthomyxovirus yang berbentuk seperti bola. Virus influenza ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat pernapasan. Virus influenza pada umumnya menyerang hanya pada sistem pernapasan. Terdapat tiga tipe serologi virus influenza, yaitu tipe A, B, dan C. Tipe A dapat menginfeksi manusia dan hewan, sedangkan B dan C hanya menginfeksi manusia. Gejala influenza adalah demam, sakit kepala, pegal linu otot, dan kehilangan nafsu makan, Orang yang terserang influenza biasanya akan sembuh dalam 3 sampai 7 hari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penanggulangan virus ini telah diusahakan oleh beberapa ahli dengan pembuatan vaksin. pendekatan terbaru adalah dengan pemakaian mutan virus hidup vang dilemahkan untuk mendorong agar respon kekebalan tubuh meningkat.</div><div style="text-align: justify;">Pencegahan terhadap penyakit influenza adalah dengan menjaga daya</div><div style="text-align: justify;">tahan tubuh dan menghindari kontak dengan penderita influenza.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Campak</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://farm4.static.flickr.com/3137/3292698088_80149a95db_m.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://farm4.static.flickr.com/3137/3292698088_80149a95db_m.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Campak disebabkan oleh virus paramyxovirus yang tidak rnengandung enzim neurominidase.Gejala campak adalah demam tinggi, batuk, dan rasa nyeri di seluruh tubuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di awal masa inkubasi, virus berlipat ganda di saluran pernapasan atas. Di akhir masa inkubasi, virus menuju darah dan beredar keseluruh bagian tubuh, terutama kulit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> 3. Cacar air </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.elitha-eri.net/download/2008/02/cacar-air.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.elitha-eri.net/download/2008/02/cacar-air.jpg" width="195" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cacar air disebabkan oleh virus Herpesvirus varicellae. Virus ini</div><div style="text-align: justify;">mempunvai DNA ganda dan menyerang sel diploid manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. Hepatitis</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.scottremley.com/viral_images/Hepatitis_B_Virus_2w_marked_cores_Band_W.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="157" src="http://www.scottremley.com/viral_images/Hepatitis_B_Virus_2w_marked_cores_Band_W.gif" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hepatitis (pembengkakan hati) disebabkan oleh virus hepatitis. Ada 3 macam virus hepatitis yaitu hepatitis A, B, dau C (non-A,non-B). Gejalanya adalah demam, mual, dan muntah, serta perubahan warna kulit dan selaput lendir menjadi kuning. Virus hepatitis A cenderung menimbulkan hepatitis akut, sedangkan virus hepatitis B cenderung menimbulkan hepatitis kronis. Penderita hepatitis B mempunyai risiko menderita kanker hati. Penyakit ini dapat rnenular melalui minuman yang terkontaminasi, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5. Polio </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.aminol-uk.com/100%20polio%20virus%20particles.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="181" src="http://www.aminol-uk.com/100%20polio%20virus%20particles.gif" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Polio disebabkan oleh poliovirus. Serangan poliovirus menyebabkan lumpuh bila virus menginfeksi selaput otak (meninges) dan merusak sel saraf yang berhubungan dengan saraf tepi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus ini menyerang anak - anak berusia antara 1 - 5 tahun . virus polio dapat hidup di air selama berbulan - bulan, sehingga dapat menginfeksi melalui air yang diminum. Dalam keadaan beku virus ini dapat ditularkan lewat lingkungan yang buruk, melalui makanan dan minuman. penularan dapat terjadi melalui alat makan bahkan melalui ludah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">6. Gondong</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penyakit gondong disebabkan oleh paramyxovirus dapat hidup dijaringan otak , selaput otak, pankreas, testis, kelenjar parotid dan radang di hati. Penyakit gondong ditandai dengan pembengkakan di kelenjar parotid pada leher di bawah daun telinga. penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan penderita melalui ludah, urin dan muntahan.</div><div style="text-align: justify;">7. AIDS</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV adalah virus kompleks yang rnempunvai 2 molekul RNA di dalam intinya. Virus tersebut diduga kuat berasal dari virus kera afrika yang telah mengalami mutasi. Walaupun AIDS sangat mematikan, penularannya tidak semudah penularan virus lain. Virus HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa seperti jabat tangan, pelukan, batuk, bersin, peralatan makan dan mandi, asalkan tidak ada luka di kulit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit atau selaput lendir. Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Gejala awal ditandai oleh pembesaran nodus limfa. Penyakit yang umumnya diderita adalah pneumonia, diare, kanker, penurunan berat badan, dan gagal jantung. Pada penderita, virus HIV banyak terkonsentrasi di dalam darah dan cairan mani. Sekali virus menginfeksi penderita, virus akan tetap ada sepanjang hidup penderita.</div><div style="text-align: justify;">6</div><div style="text-align: justify;">8. Ebola</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gejala awal vang ditimbulkan ebola mirip influenza, yaitu demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan hilang nafsu makan. Gejala ini muncul setelah 3 hari terinfeksi. Setelah itu virus ebola mulai mereplikasikan dirinya. Virus ebola menyerang sel darah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagai akibatnva sel darah yang mati akan menyumbat kapiler darah, mengakibatkan kulit memar, rnelepuh, dan seringkali larut seperti kertas basah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada hari ke-6, darah keluar dari mata, hidung, dan telinga. Selain itu penderita memuntahkan cairan hitam vang merupakan bagian jaringan dalam tubuh yang hancur.</div><div style="text-align: justify;">Pada</div><div style="text-align: justify;">hari</div><div style="text-align: justify;">ke-9,</div><div style="text-align: justify;">biasanva</div><div style="text-align: justify;">penderita</div><div style="text-align: justify;">akan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">mati. Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita ebola (darah, feses, urin, ludah, keringat). Sampai saat ini belum ada obat penyembuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus ebola ditemukan pada tahun 1976 di Sudan dan Zaire. Habitatnya di alam belum diketahui, demikan pula bagaimana prosesnya menjadi epidemik. Virus ebola dapat hidup di atmosfer selama beberapa menit. kemudian akan mati oleh radiasi uliraviolet9. Herpes simplex</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disebabkan oleh virus anggota sukuHerpetoviridae, yang menyerang kulit dan selaput lendir. Virus herpes simplex dapat menyerang bayi, anak-anak, dan orang dewasa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penyakit ini biasanya menyerang mata, bibir, mulut, kulit, alat kelamin, dan kadang - kadang otak. Infeksi pertama biasanya setempat dan cenderung hilang timbul. Virus masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil. Pada bayi, virus sering ditularkan pada saat dilahirkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selain itu virus juga ditularkan melalui hubungan seksual. Kecuali pada mata dan otak, gejala utama penyakit adalah timbul gelembung - gelembung kecil. Gelembung tersebut sangat mudah pecah. Infeksi pada alat kelamin diduga merupakan salah satu faktor penyebab tumor ganas di daerah genitalia tersebut.</div><div style="text-align: justify;">10. Papilloma</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disebabkan oleh salah satu virus yang diduga dapat menimbulkan tumor di kulit, alat kelamin, tenggorokan, dan saluran utama pernapasan. Infeksi terjadi melalui kontak langsung dan hubungan seksual dengan penderita.</div><div style="text-align: justify;">8</div><div style="text-align: justify;">11. SARS (Severe Acute Respirotory Syndrome)</div><div style="text-align: justify;">Diduga disebabkan oleh virus Corona mamalia (golongan musang, rakun)</div><div style="text-align: justify;">yang mudah sekali bermutasi setiap terjadi replikasi.</div><div style="text-align: justify;">Gejala-gejala penyakit: suhu tubuh di atas 39oC, menggigil, kelelahan</div><div style="text-align: justify;">otot, batuk kering, sakit kepala, susah bernapas, dan diare.</div><div style="text-align: justify;">12.Rabies</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disebabkan oleh virus rabies. Rabies sebenarnya merupakan penyakit yang menyerang hewan, misalnya anjing, kucing, dan kelelawar penghisap darah. Hewan yang terkena dapat menunjukkan tingkah laku agresif ataupun kelumpuhan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Virus ditularkan pada manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi. Setelah masa inkubasi yang sangat bervariasi, dari 13 hari sampai 2 tahun (rata-rata 20 - 60 hari), timbul gejaia kesemutan di sekitar luka gigitan, gelisah, dan otot tegang. Gangguan fungsi otak, seperti hilangnya kesadaran, terjadi kira - kira satu minggu kemudian, Rabies sering kali menyebabkan kematian.</div><div style="text-align: justify;">Sebagai panduan tentang rabies, dapat dipakai teori dari Vaughan</div><div style="text-align: justify;">sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1) Jika hewan yang menggigit tidak menunjukkan gejala rabies dalam waktu 5 - 7 hari setelah menggigit, dapat dianggap bahwa gigitan tidak mengandung virus rabies.</div><div style="text-align: justify;">9</div><div style="text-align: justify;">2) Tidak semua hewan berpenyakit rabies mengeluarkan virus rabies dalam</div><div style="text-align: justify;">ludahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3) Gigitan kucing lebih berbahaya daripada gigitan anjing, karena kemungkinan adanya virus pada ludah kucing yang terinfeksi rabies lebih besar (90%) daripada anjing (45%). Pencegahan penyakit pada hewan dilakukan dengan cara vaksinasi.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-792499916618492654.post-47374282770692551582010-11-28T10:25:00.000+07:002010-11-28T10:25:18.258+07:00HAKEKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMUPerkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan alam (IPA) telah mengubah sejarah kehidupan manusia. Perkembangan itu semakin pesat setelah diketemukannya komputer yang dapat membantu manusia dalam merancang dan menganalisis hasil-hasil penelitian. Di dunia kedokteran telah ditemukan berbagai teknik bedah, transplantasi organ, terapi genetik, bayi tabung, serta obat-obatan penyembuh berbagai penyakit. Itu semua berkat perkembangan IPA. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan ingin memahami alam apa adanya.<br />
<br />
<b>1. Karkteristik Biologi sebagai ilmu (Sains)</b><br />
<br />
Ilmu pengetahuan berkembang karena hakikat manusia yang serba ingin tahu. Mengembangkan ilmu pengetahuan tidak harus berawal dari nol, melainkan bisa dari hasil penelitian orang lain asal sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri. Biologi bagian dari sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan ilmu sains lainnya. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Adapun karakteristik ilmu pengetahuan alam termasuk biologi (SAINS/IPA) yaitu:<br />
<br />
* Obyek kajian berupa benda konkret dan dapat ditangkap indera<br />
* Dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris (pengalaman nyata)<br />
* Memiliki langkah-langkah sistematis yang bersifat baku<br />
* Menggunakan cara berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi ketentuan yang berlaku umum. Bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi ketentuan khusus.<br />
* Hasilnya bersifat obyektif atau apa adanya, terhindar dari kepentingan pelaku (subyektif)<br />
* Hasil berupa hukum-hukum yang berlaku umum, dimanapun diberlakukan<br />
<br />
<b>2. Ruang lingkup biologi</b><br />
<br />
Berdasarkan struktur keilmuan menurut BSCS (Biological Science Curricullum Study, Mayer 1980) bahwa ruang lingkup biologi meliputi obyek biologi berupa kingdom (plantae, animalia, protista, fungi, archebacteria, eubacteria). <br />
<br />
Ditinjau dari tingkat organisasi kehidupan pembahasan biologi dimulai dari molekul (virus) - sel (protozoa, bakteri dan tumbuhan unisel) - jaringan (porifera & coelenterata) - organ (hati, ginjal, dll) - sistem organ (sistem sirkulasi, sistem transportasi, dll) - individu (manusia) – populasi (kumpulan individu yang sama di daerah yang sama) – komunitas (kumpulan beberapa populasi) – ekosistem (kumpulan beberapa komunitas) – biosfer (kumpulan bebrapa ekosistem). <br />
<br />
Adapun ragam persoalan yang dikaji meliputi 9 tema dasar yaitu :<br />
1. Biologi (sains) sebagai proses inkuiri<br />
2. Sejarah konsep biologi<br />
3. Evolusi<br />
4. Keanekaragaman dan keseragaman<br />
5. Genetika dan kelangsungan hidup<br />
6. Organisme dan lingkungan<br />
7. Perilaku<br />
8. Struktur dan fungsi<br />
9. Regulasi<br />
<br />
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6yzTA-xVxGqfj881XLMUxbk-ok8b-BSfsBrQAbX54NiK9K7TvDilrxIGQLBeqYNx5ZREPFZxpZlt6_3rRxROwTHmlqECU9hfKRNmNJ7sxo2HNjBdiMaSwrex4v5HSZfxeaVHLAsRZPkU/s320/STRUKTUR+KEILMUAN+BIOLOGI.bmp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6yzTA-xVxGqfj881XLMUxbk-ok8b-BSfsBrQAbX54NiK9K7TvDilrxIGQLBeqYNx5ZREPFZxpZlt6_3rRxROwTHmlqECU9hfKRNmNJ7sxo2HNjBdiMaSwrex4v5HSZfxeaVHLAsRZPkU/s400/STRUKTUR+KEILMUAN+BIOLOGI.bmp" width="347" /></a><br />
<br />
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, obyek biologi juga terus berkembang dan untuk memudahkan mempelajarinya maka dibuatlah ilmu cabang -cabang biologi.<br />
<br />
<b>3. Cabang-cabang Biologi</b><br />
1. Ilmu-ilmu berdasarkan kelompok Organisme:<br />
Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, Mikologi), Botani (Fikologi, Pteridologi, Bryologi, Dendrologi, Paleobotani), Zoologi (Protozoologi, Nematologi, Malakologi, Entomologi (Apiari, Mirmekologi), Iktiologi, Herpetologi, Ornitologi, Mamologi (Primatologi, Rodentiologi), paleozoologi).<br />
<br />
2. Ilmu-ilmu berdasarkan tingkatan organisasi:<br />
Biologi sel, Anatomi (Sitologi, Histologi, Organologi (Pulmonologi, Kardiologi, Radiologi, Neurologi), Morfologi (Pomologi, Palinologi), Fisiologi (Patologi, Onkoloi, Enzimologi, Imunologi), Ekologi (Ekofisiologi, Ekologi molekular, Limnologi, Biologi udara, Oseanografi, Epidemiologi, Toksikologi, Biologi kelautan).<br />
<br />
3. Ilmu-ilmu berdasarkan aspek kehidupan:<br />
Ilmu reproduksi, Biologi perkembangan (Fenologi, Filogeni), Paleontologi, Genetika (Genetika sel, Genetika molekular, Genetika Mendel, Genetika populasi, Genetika kuantitatif, Genetika perkembangan, Genetika evolusionar), Fisiologi (Fisiologi perkembangan, Enzimologi, Imunologi, Endokrinoloi, Fisiologi molekular), Evolusi, Etologi, Biologi molekul (Cell signalling, Genomika, Transkriptomika, Proteomika, Metabolomika,<br />
<br />
4. Ilmu-ilmu campuran dan terapan<br />
Biokimia, Biofisia, Bioinformatika, Biostatistika, Biometri, Biogeografi, Agronomi, Ilmu tanah, Fitopatologi, Ilmu gulma, Hortikultura, Ilmu pemuliaan, Ilmu produksi ternak, Ilmu kehutanan (agroforestri, Konservasi sumber daya alam), Ilmu perikaan, Ilmu kedokteran hewan (veteriner), Ilmu kedokteran (ilmu-ilmu yang dipelajari dalam kedokteran): Astrobiologi / Eksobiologi, Bioteknologi (Rekayasa genetika, Teknologi enzim, Teknik bioproses), Sejarah biologi, Patologi (Ilmu penyakit dalam, Venereologi, Obstetri, Onkologi), Ilmu kedokteran forensik, Ilmu kedokteran molekular, Ilmu kedokteran klinik, Ilmu kedokteran gigi (Periodonti, Ortodonti), Nasofaringologi, Ginekologi, Perinatologi, Radiologi, Gerontologi, Etika kedokteran.<br />
<br />
<b>4.Hubungan biologi dengan ilmu pengetahuan lainnya</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOEAbvwRugWUXF00Dou1L6MhRoP-u7dLGflRmIRhfppo8Vsuqv4zNzeTu649PpwPftPvAqxWhXViz4NwZB-ZDNep0b5dud6gPK_wjsAkfp-MHoY_ahyQk5QJ2NYDA8y0i-xYP_CpnrfHJd/s1600/Image+2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOEAbvwRugWUXF00Dou1L6MhRoP-u7dLGflRmIRhfppo8Vsuqv4zNzeTu649PpwPftPvAqxWhXViz4NwZB-ZDNep0b5dud6gPK_wjsAkfp-MHoY_ahyQk5QJ2NYDA8y0i-xYP_CpnrfHJd/s320/Image+2.png" width="320" /></a></div><br />
<br />
<b>5. Dampak mempelajari biologi</b><br />
<br />
Peran biologi dalam kehidupan memberikan dampak negatif dan dampak positif. Dampak positif atau manfaatnya yaitu (1) Manusia sadar terhadap hidup dan kehidupan dalam lingkungan, (2) Diciptakan bibit unggul yang ramah lingkungan, (3) pemanfaatan mikroorganisme dalam segala bidang. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu (1) Mengeksploitasi SDA dengan sembarangan, (2) Penggunaan bibit unggul dan pestisida berlebihan yang akan berdampak pada biodeversitas, (3) Penggunaan senjata biologi yang mematikan, yang akan merusak lingkungan biotik maupun abiotik. Oleh karena itu kemajuan biologi yang demikian pesatnya harus diimbangi dengan iman dan takwa, sehingga pemanfaatan lebih optimal dan meminimalkan dampak negatif yang ada.<br />
<br />
<b>6.Metode ilmiah</b><br />
<br />
Biologi merupakan cabang sains yang mempelajari berbagai permasalahan makhluk hidup, dan untuk mempelajari melalui proses dan sikap ilmiah ini sebagai konsekuensi biologi. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah akan memperoleh produk ilmiah. Dalam mempelajari sains terdiri dari 3 komponen yaitu :<br />
<br />
A.Sikap ilmiah<br />
Merupakan sikap yang harus dimiliki untuk berlaku obbyektif dan jujur saat mengumpulkan dan menganalisa data.<br />
<br />
B.Proses ilmiah<br />
Merupakan perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan dalam melakukan kerja ilmiah. Proses ilmiah dapat dilakukan dengan pendekatan ketrampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:<br />
<br />
1) Ketrampilan proses sains dasar, meliputi:<br />
<br />
a. Mengobservasi<br />
Mencari gambaran atau informasi tentang objek penelitian melalui indera. Dalam biologi hasil observasi seringkali dibuat dalam bentuk gambar (misal gambar dunia dll), bagan (missal bagan siklus hidup kupu-kupu), tabel (misal tabel pertumbuhan penduduk suatu wilayah), grafik (misal grafik hubungan antara tabel pertumbuhan kecambah), dan tulisan.<br />
<br />
b. Menggolongkan<br />
Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.<br />
<br />
c. Menafsirkan<br />
Memberikan arti sesuatu fenomena/kejadian berdasarkan atas kejadian lainnya.<br />
<br />
d. Mempraktikkan/meramalkan<br />
Memperkirakan kejadian berdasarkan kejadian sebelumnya serta hukum-hukum yang berlaku. Prakiraan dibedakan menjadi dua macam yaitu prakiraan intrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan pada data yang telah terjadi; kedua prakiraan ekstrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan logika di luar data yang terjadi.<br />
<br />
e. Mengajukan pertanyaan<br />
Berupa pertanyaan bagaimana, karena pertanyaan ini menuntut jawaban yang diperoleh dengan proses.<br />
<br />
2) Ketrampilan proses sains terpadu, yang terdiri dari:<br />
a. Mengidentifikasi variabel<br />
b. Menyusun tabel data<br />
c. Menyusun grafik<br />
d. Mendeskripsikan hubungan antar variabel<br />
e. Perolehan data dan pemrosesan data<br />
f. Menganalisia penyelidikan<br />
g. Merumuskan hipotesis<br />
h. Mendefinisikan variabel secara operasional<br />
i. Melakukan eksperimen<br />
j. Inferens<br />
<br />
C. Langkah sistematis dalam proses ilmiah/metode ilmiah meliputi:<br />
<br />
A.Merumuskan masalah<br />
Ada tiga cara dalam merumuskan permasalahan yaitu:<br />
a. Apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat objek eksperimen?<br />
b. Bagaimana pengeruh variabel bebas terhadap variabel terikat objek eksperimen?<br />
c. Apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat objek eksperimen?<br />
<br />
B.Menyusun kerangka berfikir<br />
Kerangka berfikir dicari melalui kepustakaan atau fakta empiris.<br />
<br />
C.Merumuskan hipotesis<br />
Hipotesis merupakan suatu dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan. Ada 2 macam hipotesis dalam eksperimen yaitu:<br />
a. Hipotesis nol (H0) : tidak ada pengnaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat<br />
b. Hipotesis alternatif (H1) : ada pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat<br />
<br />
D.Melakukan eksperimen<br />
Untuk mendukung atau menyangkal hipotesa itu perlu dibuktikan melalui eksperimen. Dalam melakukan eksperimen melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:<br />
a. Taraf perlakuan<br />
b. Pengendalian faktor lain<br />
c. Ulangan<br />
d. Pengukuran<br />
<br />
E.Analisis data<br />
Analisa data dapat menggunakan statistik atau secara deskriptif.<br />
<br />
F.Menarik kesimpulan<br />
Ada dua kemungkinan dalam kesimpulan yaitu hipotesis diterima (dugaan sementara sesuai dengan eksperimen) atau ditolak (dugaan sementara tidak sesuai dengan eksperimen).<br />
<br />
G. Publikasi<br />
Hasil penelitian di publikasikan ke kalayak melalui jurnal penelitian, seminar atau lewat internet.<br />
<br />
D. Sistematika laporan penelitian<br />
<br />
BAB I. PENDAHULUAN<br />
A. Latar belakang masalah<br />
B. Rumusan masalah<br />
C. Tujuan penelitian<br />
D. Manfaat penelitian<br />
<br />
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
A. Kajian teori<br />
B. Kajian dan hasil-hasil penelitian<br />
C. Rumusan hipotesis<br />
<br />
BAB III. METODE PENELITIAN<br />
A. Variabel dan definisi operasional variabel<br />
B. Rancangan penelitian<br />
C. Sasaran penelitian (populasi dan sampel)<br />
D. Instrumen, alat dan bahan<br />
E. Prosedur pelaksanaan penelitian<br />
F. Rencana analisis data<br />
G. Jadwal penelitian<br />
<br />
BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN<br />
A. Deskripsi data<br />
B. Interpretasi data<br />
C. Uji hipotesis<br />
D. Pembahasan<br />
<br />
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN<br />
A. Kesimpulan<br />
B. Saran<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
LAMPIRAN<br />
<br />
<b>7.Manfaat Biologi Dalam Kehidupan Manusia</b><br />
<br />
Pengetahuan mengenai mahluk hidup dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai macam masalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Berbagai masalah yang berkaitan dengan sandang, pangan, papan, energi, lingkungan kesehatan bahkan sosial dapat diatasi dengan ilmu biologi. Beberapa contoh manfaat biologi dalam kehidupan adalah :<br />
<br />
1. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Pertanian<br />
Dewasa ini telah banyak ditemukan bibit unggul dengan mengadakan hibridisasi sehingga mendapatkan varietas baru yang diinginkan. Melalui teknik hibridisasi telah didapatkan varietas unggul seperti kacang-kacangan dan serealia. Varietas padi yang bersifat unggul memiliki rasa yang enak, tahan penyakit, daya simpan lama dan berumur pendek.<br />
<br />
Pengendalian hama dewasa ini telah dikembangkan melalui pengendalian hama secara biologis, karena penggunaan pestisida dapat menyeabkan hama menjadi resisten, sisa pestisida dapat mencemari lingkungan dan residunya tersimpan dalam tanaman yang akan menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan manusia. Pengendalian hama dpat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :<br />
- memanfaatkan predator alamiah, contoh : hama lebah penyengatuntuk kupu-kupu artona yang merusak kelapa.<br />
- memutuskan siklus hidup hama, misalnya dengan mengadakan rotasi tanaman<br />
- menggunakan bibit unggul tahan lama, misalnya VUTW ( Varietas Unggul Tahan Wereng )<br />
Penyediaan bahan makanan khususnya perbanyakan bibit tanaman dikembangkan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman perkebunan yang diperbanyak secara vegetatif dan menghasilkan banyak tanaman klon dari sejumlah jaringan awal<br />
<br />
2. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Kesehatan<br />
Ditemukannya antibiotik dari jamur. Penicillium memungkinkan dihasilkannya penisilin dalam jumlah banyak dengan cara mengkulturkan penicillium dalam tangki fermentasi yan berisi larutan untuk pertumbuhannya.<br />
Juga ditemukan vaksin yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh orang yang divaksinasi sehingga menimbulkan perlindungan pada tubuh dari serangan virus dan bakteri tertentu misalnya : vaksinasi terhadap heptitis dan vaksinasi terhadap batuk rejan ( infeksi oleh bakteri ).<br />
<br />
3. Manfaat Biologi Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial<br />
Molekul DNA dapat diisolasi dari sel kemudian dideteksi sehingga memberikan gambaran enzim retriksi yang khas pada setiap orang. Dalam kasus pembunuhan, pengadilan bisa melacak pelakunya bila penjahat meninggalkan sampel darah atau jaringan ditempat terjadinya kejahatan. Demikian pula kasus perebutan anak di pengadilan dapat diselesaikan denganadanya hasil tes DNA, karena anak memiliki kesamaan enzim retriksi dengan orang tuanya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02674510483857217021noreply@blogger.com0